Pembangunan Menara Kujang Sapasang

Ridwan Kamil Sebut Menara Kujang ‘Kompensasi’ bagi Warga Jatigede, Rencana Lama Sebelum Pandemi

Masjid dan Menara Kujang Sapasang, yang rencananya dibangun di Jatigede, Sumedang, dimaksudkan sebagai kadeudeuh bagi warga.

Penulis: Muhamad Syarif Abdussalam | Editor: Hermawan Aksan
Istimewa
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (kiri) dan Bupati Sumedang Dony Ahmad Munir saat meninjau lokasi pembangunan menara Kujang Sapasang. Ridwan Kamil mengatakan, pembangunan pariwisata akan menghidupkan perekonomian daerah yang saat ini warganya relatif tidak menikmati kehadiran waduk tersebut kecuali pemandangan indahnya saja. 

Laporan Wartawan TribunJabar.id, Muhamad Syarif Abdussalam

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Masjid dan Menara Kujang Sapasang, yang rencananya dibangun di Jatigede, Sumedang, dimaksudkan sebagai kadeudeuh bagi warga yang rumahnya masuk genangan waduk dan harus pindah ke tempat lain.

“Pariwisata Jatigede adalah ‘kompensasi’ untuk warga Sumedang yang harus pindah akibat pembangunan infrastruktur (Waduk) Jatigede,” ujar Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Senin (24/5/2021).

Menurutnya, pembangunan pariwisata akan menghidupkan perekonomian daerah yang saat ini warganya relatif tidak menikmati kehadiran waduk tersebut kecuali pemandangan indahnya saja.

Baca juga: Pembangunan Menara Kujang Sapasang di Sumedang, DPRD: Nyawa Orang Tetap Harus Jadi Prioritas

“Nanti akan hadir ribuan lowongan kerja di KEK pariwisata, jika disetujui pemerintah pusat,” kata Gubernur.

Sekretaris Daerah Kabupaten Sumedang Herman Suryatman mengungkapkan bahwa ide pembangunan masjid dan menara kujang merupakan rencana lama yang muncul sebelum pandemi Covid-19.

Dalam sebuah diskusi antara Gubernur Ridwan Kamil dan Bupati Dony Ahmad Munir kala itu, sama sekali tidak ada bayangan bahwa pandemi akan muncul Maret 2020.

“Sebelumnya tidak ada bayangan (pandemi). Tapi the show must go on,” ujarnya ketika dihubungi via telepon.

Menurutnya, proyek nasional Waduk Jatigede prosesnya berjalan selama puluhan tahun mulai dari rencana 1963, ganti rugi lahan yang memakan energi besar masyarakat, hingga dampak sosial seperti kehilangan tempat tinggal dan mata pencaharian.

desainj menara kujang sepasang
Desain Menara Kujang Sapasang (istimewa)

Kini setelah waduk itu jadi, kata Herman, warga 52 desa di lima kecamatan yang menjadi lokasi waduk tidak mendapat manfaat apa-apa.

“Masyarakat sekitar Jatigede layak mendapatkan ini sebagai ganti atas pengorbanan mereka,” katanya.

Waduk Jatigede sungguh ironis karena benefitnya seperti pengairan, pengendali banjir, dan listrik justru dinikmati warga di luar Sumedang, seperti Majalengka, Indramayu, dan Cirebon.

Saat ini warga sekitar Jatigede masih terkategori daerah tertinggal.

“Sumedang sendiri tidak dapat apa- apa. Air baku tidak ada, keramba jaring terapung tidak boleh. Jatigede itu kantong kemiskinan."

Baca juga: Bantuan Gubernur untuk Menara Kujang di Bendungan Jatigede Dianggap Tidak Prorakyat

"Tugas kami menyejahterakan rakyat. Kami perlu terobosan dan diferensiasi, satu-satunya solusi menanggulangi kemiskinan di Jatigede itu pariwisata,” katanya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved