Dewa Kipas Kalah dari Irene Sukandar, Tak Biasa Main Cepat, Berharap Keadaan Normal Lagi
Dadang yang dikenal sebagai Dewa Kipas mengatakan, kekalahan terjadi karena sejumlah faktor.
Penulis: Kemal Setia Permana | Editor: Giri
Laporan Wartawan TribunJabar.id, Kemal Setia Permana
TRIBUNJABAR.ID - Dadang Subur tak merasa kecil hati setelah kalah melawan Irene Kharisma Sukandar. Dadang yang dikenal sebagai Dewa Kipas mengatakan, kekalahan terjadi karena sejumlah faktor.
Nama Dewa Kipas mendadak menjadi pembicaraan setelah mengalahkan GothamChess di Chess.com.
Karena dianggap berlaku curang, akunnya kemudian dibekukan.
Bukan cuma menjadi pembicaraan netizen, Dadang Subur kemudian mendapat komentar dari Irene. Irene yang memang berstatus grand master menganggap Dewa Kipas alias Dadang Subur berlaku curang.
Setelah melalui beberapa hal, termasuk "perseteruan" di media, Dadang Subur akhirnya menghadapi Irene dalam laga disiarkan langsung lewat YouTube.
"Awalnya saya merasa bisa menang, tapi memang bermain singkat bukan kebiasaan saya," tutur Dadang Subur melalui sambungan telepon.
Dadang mengaku, bermain cepat membuatnya kesulitan mengembangkan permainan dan menembus pertahanan lawan yang memang bukan sembarangan.
Baca juga: Rombongan Persib Bandung Lakukan Hal Ini Begitu Tiba di Sleman, Lalui Perjalanan 9 Jam
Baca juga: Remaja yang Terseret Ombak Saat Bermain Bola di Pantai Cidaun Ditemukan Tewas, DievakuasiSore Tadi
Pria 60 tahun itu mengatakan, bermain daring yang sering ia menangkan, kebanyakan berasal dari lawan yang memiliki elorating rendah. Sementara kemenangan dari pecatur papan atas lebih karena faktor blunder yang menguntungkannya.
"Nah lawan Irene ini saya pun banyak melakukan blunder, sekali blunder ke sananya pasti fatal dan kalah," tutur Dadang.
Tak hanya itu, menit bermain dengan lawan-lawan sebelumnya pun sering dilalui dalam perlawanan lama dan panjang. Saat disodori aturan menit bermain singkat, Dadang mengaku tak biasa dan kesulitan.
Terlebih lawan kali ini adalah grand master yang sudah memiliki jam terbang dan elorating tinggi serta terbiasa bermain singkat.
Alhasil pertahanan caro kann dan gambit yang ia mainkan tak mampu menembus permainan lawan.
"Jujur selama puluhan tahun, baru kali ini saya beli papan catur lagi. Baru tiga hari, jadi memang sulit. Mungkin kalau Irene sudah biasa, apalagi permainan Irene sangat solid, sulit ditembus," katanya.
Namun dari pertandingan ini, Dadang berharap semua kontroversi dan kegaduhan yang selama ini berkembang akan selesai dan ia bisa kembali menjalani kehidupan normal.
Baca juga: Perlu Diwaspadai, Pangandaran Masuk Dalam Siaga Tsunami yang Diakui Internasional, Ini Alasannya
Baca juga: Ridwan Kamil Ungkap KPK Sedang Banyak Kegiatan di Jawa Barat, Tanda Banyak Kasus Korupsi?
Putra Dadang Subur, Ali Akbar, mengaku, ayahnya sebenarnya sudah merasa gugup saat disodori permainan singkat 4x10 menit yang sungguh kurang akrab dengan gaya sang ayah.
"Tadinya ayah berharap bisa nego (mengubah sistem pertandingan), tapi ternyata memang begitu. Belum lagi banyak pengurus Percasi yang datang, itu di luar dugaan kami," kata Ali.
Sebagaimana halnya sang ayah, Ali berharap bahwa pertandingan ini akan mampu meredakan kegaduhan yang selama ini sudah cukup membuat tekanan bagi ayahnya.
"Setidaknya, walaupun kalah, dari pertandingan ini orang akan paham bahwa ayah pun mampu memainkan teori-teori catur yang kerap dimainkan master-master dunia," ujarnya. (*)