Pohon Teh Berusia 120 Tahun Yang Menjadi Bukti Sejarah ini Akan Dilelang

Salah satu pohon yang ditanam Kerkhoven, yang usianya mencapai 120 tahun, akan dilelang, Sabtu (9/1/2021).

Penulis: Lutfi Ahmad Mauludin | Editor: Siti Fatimah
Penanggung Jawab Lelang The Legend of Tea, Khais Prayoga dan Ketua Pelaksana Dies Natalis Pusat Penelitian Teh dan Kina, Kralawi Sita, sedang melihat pohon teh berusia 120 tahun, yang akan dilelang 

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG- Di Kabupaten Bandung terdapat kebun teh, yang dikembangkan saat jaman kolonial, dan hingga kini kebun tersebut tersebut masih terpelihara.

Salah satunya kebun teh yang ada di daerah Gambung, Kecamatan Pasir Jambu. Bahkan kini di sana kini terdapat pusat penelitian teh dan kina (PPTK).

Kebun teh di Gambung sudah ada sejak jaman kolonial.

Baca juga: Pengambilan Pasir Laut di Tasik Jadi Pelanggaran Kelautan selain Keramba Tanpa Izin di Sukabumi

Kebun teh di Gambung, saat jaman kolonial dikembangkan oleh Rudolf Eduard Kerkhoven.

Kini salah satu pohon yang ditanam Kerkhoven, yang usianya mencapai 120 tahun, akan dilelang, Sabtu (9/1/2021).

Penanggung Jawab Lelang The Legend of Tea, Khais Prayoga, pertama kali mengembangkan teh di Gambung, ditanam oleh Kerkhoven.

"Selesainya masa kolonial, maka dikelolah oleh balai penelitian teh dan kina dan kini dikelola oleh pusat penelitian teh dan kina (PPTK)," ujar Khais, saat ditemui di Gambung, Kamis (7/1/2021).

Baca juga: Dua Pasien Positif Covid Meninggal Dunia Hari Ini, Jumlah Kematian Pasien Corona Jadi 64 Orang

Khais memaaparkan, luas kebun di Gambung totalnya terdapat 600 hektar, selauas 400 hektare ditanami teh.

"Salah satu blok kebun di sini, ditanam oleh Kerkhoven pada 1901, blok itu masih ditanami dengan baik," kata Khais.

Memang kata Khais, ada yang ditanam Kerkhoven sebelum 1901, namun blok kebun tersebut telah dipugar. Kini kata Khais hanya menyisakan, yang ditanam 1901, seperti pohon teh yang akan dilelang.

"Bisa dibilang, itu monumen perkembangan teh di Indonesia, tanamananya udah diumur 120 tahun. Maka sangat cocok koleksi bernilai historis yang peduli dengan teh," kata dia.

Khais mengatakan, yang ditanam keorkhov dari biji pada tahun 1901, terdapat 10,6 hektar, terdapat sekitar 8300 pohon setiap hektarenya.

"Kami berkomitmen, itu akan benar-benar dipelihara jangan sampai direplanting," ujarnya.

Baca juga: Efek Vaksin Sinovac untuk Covid-19 Pegal-pegal dan Demam, Vaksinasi Pertama pada 13 Januari 2021

Memang kata Khais, pohon yang tua produksinya kurang, tapi kualitasnya lebih baik. Menurutnya, di pohon yang tua paling dalam satu hektare hanya 1,1 ton pertahun, dan pohon yang biasa bisa mencapai 3 ton pertahun.

"Tanaman tua produksi rendah, tapi karater rasa lebih bagus. Sebab perakaran dalam, struktur tanaman lebih kokoh, sehingga penyerapan unsur hara lebih maksimal," katanya.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved