Kisah Pengusaha Helm RSV Asal Bandung Setelah Bikin 80 Ribu Helm Ojol
Kapasitas produksi kami sudah 30 ribu unit helm dalam sebulan. Target tahun depan kami bakal tambah
Penulis: Agung Yulianto Wibowo | Editor: Agung Yulianto Wibowo
Namun, Ilham dan Richard belum memiliki pabrik untuk memproduksi sendiri helm RSV. Mereka masih memesan dari pabrik untuk kemudian dirakit.
"Kami belajar proses membuat helm. Dari situ, kami jadi tahu pembuatannya," kata Richard.
Pada 2016, merek RSV diluncurkan karena Ilham dan Richard menemukan pabrik yang bisa memproduksi sesuai apa yang mereka inginkan dengan sistem beli putus.
Selama hampir dua tahun, RSV membuat satu produk half face super colour. Rata-rata setiap bulan laku 400 unit dengan omzet Rp 80 juta-Rp 120 juta.
Richard mengaku bisnis perusahaan sempat jatuh karena meninggalkan pemasaran lewat digital.
Pada 2017, mereka kemudian mulai bangkit dengan menggarap total pemasaran via online dan meninggalkan pemasaran offline.
Pada 2018, Ilham dan Richard mengakuisisi 50 persen saham pabrik helm di Tangerang.
Dengan memiliki pabrik, mereka membuat delapan kategori helm, yaitu tiga full face, satu trail, tiga half face, serta satu klasik dan retro yang akan diluncurkan pada Januari 2020.
Saat ini, workshop di Cicaheum sekarang beralihfungsi menjadi gudang RSV.
Mereka juga menggarap pemasaran konvensional dengan membuka store pertama di Kebon Jeruk, Jakarta pada 2018.
Saat ini, RSV sudah memiliki dua store di Bandung dan empat store di Jakarta.
"Kapasitas produksi kami sudah 30 ribu unit helm dalam sebulan. Target tahun depan kami bakal tambah delapan store lagi," kata Richard.
Selain itu, menurut pria asal Kota Cimahi ini, tahun depan mereka berencana mengekspor helm ke Thailand, Vietnam, Australia, dan India.
"Sekarang kami sudah ekspor ke Filipina sebanyak 3.000 helm. Tahun depan kami juga menargetkan bisa produksi 100 ribu helm, karena variannya bertambah, yaitu bahan dari karbon dan fiber," ujar Richard. (agung yulianto wibowo)