Kisah Pengusaha Helm RSV Asal Bandung Setelah Bikin 80 Ribu Helm Ojol
Kapasitas produksi kami sudah 30 ribu unit helm dalam sebulan. Target tahun depan kami bakal tambah
Penulis: Agung Yulianto Wibowo | Editor: Agung Yulianto Wibowo
CERITA bisnis Ilham Pratama dan Richard Ryan berubah setelah menerima pesanan pembuatan 80 ribu helm dari sebuah operator ojek online (ojol) pada 2015.
Pada 2012, Ilham membuat helm custom dengan merek RSV. Dia kemudian meminta bantuan Richard untuk memasarkan produk helm yang di-repaint.
Ilham dan Richard adalah teman dekat sejak bersekolah di SMAN 2 Bandung.
Direktur RSV Helmet Richard Ryan mengatakan Ilham membuat helm custom dibantu dua karyawan. Helm yang sudah ada di-repaint menggunakan printing.
"Kendalanya, dia produksi dan mempercayakan penjualan ke saya," ujar Richard kepada Tribun di RSV Store di Jalan Cikutra, Kota Bandung, Rabu (18/12/2019).
Dengan berbekal basic digital marketing, Richard memasarkan helm custom buatan Ilham.
Tak disangka, penjualan lewat online begitu tinggi hingga mencapai omzet Rp 300 juta atau 40 helm dalam sebulan pada 2013.
Pemain helm custom belum banyak pada saat itu. Penjualan terbesar ada di Jakarta dan Bandung.
"Saat itu karyawan ada lima orang. Kami pasarkan lewat online. Pasar selain Jakarta dan Bandung adalah Papua dan Kalimantan," ucap pria jebolan IT Universitas Budi Luhur ini.
Melihat bisnis helm yang visible, mereka kemudian mengubah produk dari custome ke helm promosi. Ternyata, pasar helm promosi lebih menggiurkan dibandingkan custom.
Mereka masih home industry dengan memesan helm ke pabrik dan kemudian merakitnya di Cicaheum, Bandung.
"Pada akhir 2013 kami ubah dari helm custom ke promosi. Bahkan, ada klien yang memesan helm promosi dan berdampak pada omzet yang naik 400 persen," kata Richard.
Pada 2015, mereka menerima pesanan dari sebuah operator ojol membuat 80 ribu helm dengan nilai sekitar Rp 8 miliar.
"Setelah menerima pesanan itu, kami merekrut 70 orang dalam dua hari untuk merakit di Cicaheum. Kami rekrut warga sekitar," ujar pria berusia 33 tahun ini.
Pesanan 80 ribu helm itu selesai dalam waktu sebulan.
Namun, Ilham dan Richard belum memiliki pabrik untuk memproduksi sendiri helm RSV. Mereka masih memesan dari pabrik untuk kemudian dirakit.
"Kami belajar proses membuat helm. Dari situ, kami jadi tahu pembuatannya," kata Richard.
Pada 2016, merek RSV diluncurkan karena Ilham dan Richard menemukan pabrik yang bisa memproduksi sesuai apa yang mereka inginkan dengan sistem beli putus.
Selama hampir dua tahun, RSV membuat satu produk half face super colour. Rata-rata setiap bulan laku 400 unit dengan omzet Rp 80 juta-Rp 120 juta.
Richard mengaku bisnis perusahaan sempat jatuh karena meninggalkan pemasaran lewat digital.
Pada 2017, mereka kemudian mulai bangkit dengan menggarap total pemasaran via online dan meninggalkan pemasaran offline.
Pada 2018, Ilham dan Richard mengakuisisi 50 persen saham pabrik helm di Tangerang.
Dengan memiliki pabrik, mereka membuat delapan kategori helm, yaitu tiga full face, satu trail, tiga half face, serta satu klasik dan retro yang akan diluncurkan pada Januari 2020.
Saat ini, workshop di Cicaheum sekarang beralihfungsi menjadi gudang RSV.
Mereka juga menggarap pemasaran konvensional dengan membuka store pertama di Kebon Jeruk, Jakarta pada 2018.
Saat ini, RSV sudah memiliki dua store di Bandung dan empat store di Jakarta.
"Kapasitas produksi kami sudah 30 ribu unit helm dalam sebulan. Target tahun depan kami bakal tambah delapan store lagi," kata Richard.
Selain itu, menurut pria asal Kota Cimahi ini, tahun depan mereka berencana mengekspor helm ke Thailand, Vietnam, Australia, dan India.
"Sekarang kami sudah ekspor ke Filipina sebanyak 3.000 helm. Tahun depan kami juga menargetkan bisa produksi 100 ribu helm, karena variannya bertambah, yaitu bahan dari karbon dan fiber," ujar Richard. (agung yulianto wibowo)