Meski Ruang Kelas Kotor, Kaca Jendela Pecah, Siswa SMK PUI Kota Cirebon Tetap Semangat Belajar

Puluhan siswa SMK PUI Kota Cirebon, Desa Wanasaba Kidul, Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon, sudah bergegas ke sekolah Rabu (16/1/2019) pagi.

Penulis: Siti Masithoh | Editor: Yongky Yulius
Tribun Jabar/Siti Masithoh
SMK PUI Kota Cirebon, Desa Wanasaba Kidul, Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Siti Masithoh

TRIBUNJABAR.ID, CIREBON - Pagi hari saatnya para pelajar berangkat ke sekolahnya masing-masing.

Begitu pun puluhan siswa SMK PUI Kota Cirebon, Desa Wanasaba Kidul, Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon, Rabu (16/1/2019) pagi.

Sekolah mereka berdiri di atas bangunan yang disewa dari desa setempat.

Siswanya kebanyakan dari desa yang tak jauh dari sekolah tersebut.

Sekolah tersebut tanpa plang dan hanya ada beberapa ruangan.

Dua ruangannya bahkan ditumbuhi rerumputan dan tanpa atap.

BPR di Cirebon Dituntut Tingkatkan Kualitas Pelayanan Jika Ingin Bisa Bersaing

Halamannya tidak terlalu luas. Pagarnya pun hanya sekitar satu meter.

Sepintas, sekolahnya tampak sepi tak berpenghuni.

Belum lagi, lokasinya yang dekat dengan kebun warga.

"Ini sekolah cabang. Memang ada beberapa sekolah cabang di daerah lainnya. Sekolah cabang lainnya ada di Argasunya, Bungko, Mundu, dan Sampiran. Kalau ini sih bangunannya menyewa dari desa," ujar Guru Matematika SMK PUI Kota Cirebon, Ria Sagita, saat ditemui usai mengajar, Rabu (16/1/2019).

Sekolah tersebut, lanjut Ria, menggratiskan biaya pendidikan bagi siswanya. Siswa hanya membayar biaya saat ujian saja.

Di sekolah itu, tiga ruangan lainnya berukuran sekitar 10x10 meter yang dijadikan untuk kelas.

Di sana ada kursi kayu yang kurang tampak tidak terawat. Sebagian jendelanya tampak pecah. Lantainya pun begitu kotor dan tampak usang.

Pejabat dan PNS Pemkab Cirebon Diperiksa KPK di Ruang Bhayangkari, Terkait Kasus Bupati Nonaktif

Sekolah itu memiliki dua jurusan, yaitu perbankan dan teknik kendaraan ringan (TKR). Siswanya tidak lebih dari 50 orang.

Dalam ruang kelas XII, ruangannya tampak usang dan jendelanya pecah. Di dalamnya ada seorang guru dan belasan siswa yang sedang belajar Matematika.

Belasan siswa tersebut tampak khusyu dan menyimak materi yang disampaikan gurunya.

Sekolah tersebut melakukan pembelajaran dari hari Senin-Jumat mulai pukul 07.00 WIB - 12.30 WIB.

Kebanyakan siswanya, berasal dari desa sekitar lokasi sekolah.

Melati (19), siswa kelas XII asal Desa Kerandon, mengaku tetap bangga menuntut ilmu di sekolah itu.

Meski sekolahnya jauh dari fasilitas yang layak, dia tetap semangat.

"Saya sekolah di sini pindah dari salah satu SMK di Kota Cirebon saat saya kelas X. Pindah ke sini karena keadaan orang tua kurang mampu, jadi kesulitan biaya transportasi," kata Melati.

Polres dan FKUB Kabupaten Cirebon Sepakat, Tolak Tempat Ibadah Jadi Tempat Kampanye

Melati mengaku, dia tidak bermasalah belajar di manapun.

Asalkan, cita-citanya menjadi seorang dokter dapat tercapai.

Siswa lainnya, Indri (16) dan Sherina (18), asal Desa Kerandon, memilih bersekolah itu karena dekat dari rumahnya. Mereka juga tidak perlu mengeluarkan biaya transportasi.

Segala keterbatasan di sekolah mereka, tak menjadi halangan untuk tetap belajar.

Kondisi kelas yang kotor dan bocor pun mereka tetap belajar.

"Kesulitan mengajar mereka sih paling kalau hujan, itu suka banjir. Kita sering berpindah ruangan karena ruangannya banjir. Mereka juga kadang telat karena rumahnya dekat," kata Ria Sagita.

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved