Kisah Abah Endi Penjual Balon, Berkeliling dari Tegalega hingga Buahbatu, dari Pagi Masih Belum Laku
Di usianya yang sudah senja, Endi Tabroni atau Abah Endi (73) masih semangat berjualan balon sejak pukul pukul 07.00 WIB.
Penulis: Resi Siti Jubaedah | Editor: Yongky Yulius
Ia lantas fokus berjualan balon saja sejak 2005.
"Kalau sehari kadang Rp 30 ribu, kadang dari anak-anak ada 4-5, kali-kali mah ada yang ulang tahun, kadang-kadang enggak hasil, enggak ada yang beli" ujar Abah Endi saat ditemui Tribun Jabar, Jumat, (26/10/2018) di lokasi dia berjualan.
Seperti pada hari itu, usai berkeliling, Abah Endi biasa mangkal di depan KFC Buah Batu, ia mengaku belum ada satupun balon gas yang terjual.
"Kalau dulu mah waktu harga balonnya masih Rp 1000, banyak anak kecil yang beli, sekarang mah jarang, jualnya Rp 5000 karena harga gasnya naik," ujar Abah Endi.
• Sesar Lembang Dikupas Tuntas di Lembang, Peneliti: Warga Tak Perlu Takut
Abah Endi mengaku selama berjualan di Bandung, ia tinggal di sekolah.
Ia menumpang di sekolah SMK Nusa Bhakti, Jalan Cilentah 30, Burangrang, Lengkong, Kota Bandung.
"Numpang di sekolahan, di SMK Nusa Bhakti Jalan Cilentah Nomor 30," ujar Abah Endi.
Tak hanya menumpang, Abah Endi juga bertugas menjaga sekolah pada malam hari.
Selain itu, Abah Endi selalu menyapu sekolah setiap pagi sebelum berjualan balon gas, dan malam hari sepulang berjualan balon gas.
Abah Endi juga mengaku diberi upah Rp 10.000 sehari oleh pihak sekolah
• Ketika Keluarga Bayi dan Anak Korban Lion Air JT 610 Jatuh Datangi Posko Halim, Ini yang Terjadi
Ia sempat ditawarkan untuk bekerja dan bantu-bantu di sekolah, dengan upah yang ditawarkan Rp 1000.000 per bulan, tapi ia menolak lantaran sudah tidak sanggup.
"Nungguin sekolah aja dari tahun 80-an. Tidurnya di situ numpang, dikasih honor, sehari Rp 10.000, tapi sambil jualan. Kalau kerja di sekolah satu juta sebulan, tapi Abah enggak sanggup, jadi jualan aja. Nungguin sekolah, pagi-paginya sebelum jualan nyapu-nyapu sekolah. Pulang jualan jam tujuh, nyapu-nyapu sekolah lagi," ujar Abah Endi.
Abah Endi hidup seorang diri di Bandung, anak beserta istrinya hidup di kampung halamannya, di Garut.
Ia mempunyai lima orang anak, namun yang masih hidup hanya dua orang anak.
• Kalahkan Tottenham, City Kembali ke Puncak Klasemen Liga Inggris, Ini Rapor Pemainnya
"Cuma dua yang ada, semuanya lima, yang kelahiran tahun 70 meninggal, 71 meninggal, kelahiran 73 masih ada sama 89, cuma dua orang yang ada, semuanya lima, sudah nikah. Di kampung aja semuanya, kakek mah di sini sendiri aja," ujar Abah Endi.
Saat berjualan balon di kampung halamannya, ternyata Abah Endi tidak bisa menghasilkan uang yang cukup.
Namun, ketika pindah ke Bandung, ia bisa menghasilkan rupiah walaupun sedikit.
"Alhamdulillah neng walaupun sedikit, yang penting enggak nyusahin anak, makan sendiri aja, kalau ada rezeki lebih, dibawa pulang ke kampung," ujar Abah Endi.
