Sesar Lembang Dikupas Tuntas di Lembang, Peneliti: Warga Tak Perlu Takut

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Muhamad Nandri Prilatama

TRIBUNJABAR.ID, LEMBANG - Sejumlah wartawan dan relawan Lembang menggelar kegiatan dialog publik dengan tema 'Kupas Tuntas Sesar Lembang' dalam peringatan bulan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) 2018, Selasa (30/10/2018), di Hotel Augusta, Lembang.

Hadir pula dalam kegiatan ini peneliti PPMB ITB, Dr Irwan Meilano dan Dr Nuraini Rahma Hanifa, Bupati Bandung Barat, Aa Umbara, dan Kepala BPBD Jabar, Dicky Saromi.

Menurut Irwan Meilano, masyarakat tak perlu khawatir adanya gempa, sebab bukan gempa yang menyebabkan kematian melainkan reruntuhan yang disebabkan oleh gempa tersebut, sehingga perlu adanya struktur bangunan yang berstandar.

"Jika membangun bangunan sesuai standar maka warga tak perlu ada ketakutan, karena setidaknya bangunan itu tidak akan hancur oleh gempa," katanya dalam dialog publik.

Irwan menambahkan, hal yang perlu dilakukan saat terjadinya gempa, yakni mesti mengetahui atau memahami risiko dan perkuat tata kelola atau jalur evakuasi guna memperkuat kesiapsiagaan.

Staf Geofisika Bandung, Ruhimat, mengatakan sejak 1900-2017 Indonesia tercatat sebagai negara yang rawan gempa bumi. Pulau Kalimantan menjadi wilayah yang minim gempa dibanding pulau-pulau lainnya.

"Di Jabar saja sejak 1963-2018 tercatat banyak pusat titik gempa, apalagi di wilayah Bandung dikelilingi oleh tiga patahan, seperti Cimandiri, Balibis, dan Sesar Lembang," ujar Ruhimat.

Kepala BPBD Jabar, Dicky Saromi memaklumi banyak orang yang bertanya-tanya terkait Sesar Lembang.

Menurutnya, Sesar Lembang terbentang sepanjang 29 kilometer mulai Padalarang hingga Batulonceng, Lembang.

"Sesar ini aktif dan selalu ada pergeseran sekitar 3 sampai 5 milimeter, dan warga sekitar Lembang serta Bandung perlu memahami cara mengurangi risiko," ujarnya.

Ia menambahkan, BPBD Jabar rutin melakukan edukasi dan simulasi di sekolah hingga perkantoran.