19 Jam Setiap Hari, Sule Habiskan Waktu di Pintu Perlintasan Kereta Api di Rancaekek

Ia bertaruh nyawa hanya untuk memastikan tiap pengendara melintas dengan selamat.

Penulis: Hakim Baihaqi | Editor: Tarsisius Sutomonaio
Tribun Jabar/Hakim Baihaqi
Sule (72) berjaga di pintu perlintasan kereta api di Kampung Ciherang, Desa Jelegong, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung, Senin (10/9/2018). 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Hakim Baihaqi

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG- Udara panas dan terik matahari tidak menyurutkan semangat Sule (72), kakek asal Kampung Ciherang, Desa Jelegong, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung.

Di usia senjanya ini, pria kelahiran Bandung, 8 Agustus 1946, tiap hari menghabiskan waktu di pintu perlintasan kereta api yang berada di kampung halamannya, Kampung Ciherang.

Sudah 16 tahun terakhir ini, Sule yang merupakan seorang pensiunan pegawai bidang pembangunan PT Kereta Api Indonesia (PT KAI), berinisiatif untuk menghabiskan masa tuanya di pintu perlintasan kereta api tersebut.

Meski telah berusia lanjut, ayah 8 anak ini bertaruh nyawa hanya untuk memastikan tiap pengendara melintas dengan selamat.

Bermodalkan peluit, tiap ada kereta api yang melintas, ia secara sigap menutup kedua portal dan langsung menghadang para pengendara untuk segera menghentikan laju kendaraan mereka.

Laga Persib Bandung vs Arema FC: Maung Bandung dan Singo Edan Sama-sama Bermasalah Jelang Bentrok

Hati-hati Rayuan Oknum Tawarkan Jalan Pintas Menjadi PNS

Ucapan Selamat Tahun Baru Islam 2018, 1 Muharram 1440 Hijriah, untuk WhatsApp, Line, dan SMS

Setiap hari, kakek ini berangkat menuju pintu perlintasan sejak pukul 04.00 WIB dan akan kembali ke rumah pada pukul 23.00 WIB.

"Kadang-kadang kalau ada anak suka dibantu, lebih seringnya saya sendiri sampai malam," ujar Sule kepada Tribun Jabar di Kampung Ciherang, Senin (10/9/2018).

Dari pekerjaan tersebut, Sule mengaku mendapatkan rupiah dari keikhlasan para pengendara yang melintas.

"Satu hari, paling banyak Rp 70 ribu. Kadang-kadang yang lewat juga ada yang ngasih rokok atau makanan," kata Sule.

Penghasilan tersebut, sebagiannya ia pergunakan untuk membuat gubuk kecil untuk ia berlindung dari terik matahari.

"Buat portal juga itu uangnya dari pengendara yang melintas," kata Sule.

Amalan dan Keutamaan di Bulan Muharram yang Dianjurkan Rasulullah, Dibayar dengan Pahala yang Besar

Kendati mengais rupiah dari pengendara yang melintas, Sule sama sekali tidak mengharapkan belas kasihan karena pekerjaannya itu murni untuk kemanusiaan.

"Saya peduli kepada yang melintas apalagi kan di sini banyak anak-anak juga, tidak mau sampai ada apa-apa," katanya.

Seorang pengendara roda empat, Ramdani (32), mengatakan, apa yang dilakukan oleh Sule ini adalah hal mulai karena menjaga para pengendara dan warga dari bahaya lintasan kereta api.

"Saya lihat Abah Sule ini tidak pernah mengeluh meskipun panas atau hujan," katanya.

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved