5 Fakta 'Memancing' Buaya di Ibu Kota Jakarta, Ganas dan Dianggap Hewan Siluman
Buaya pun akan dibius bila rencana pertama tak berhasil. Petugas hampir mengevakuasi buaya tersebut, namun kembali gagal.
Penulis: Yudha Maulana | Editor: Yudha Maulana
TRIBUNJABAR.ID, JAKARTA - Papan tanda bahaya buaya dipasang Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di sektiar Kali Grogol, Jakarta Barat. Pasalnya, belakangan ini kerap muncul buaya berukuran besar di pinggiran Ibu Kota Jakarta.
Berbagai upaya dilakukan oleh petugas gabungan untuk menangkap buaya yang diduga lebih dari satu itu. Papan peringatan pun akan terus terpasang dalam waktu 7 hari atau hingga petugas dapat menangkap buaya tersebut.
Selain memancing buaya dengan memberikan daging, petugas pun berencana menggunakan jaring untuk menangkap hewan reptil tersebut.
Buaya pun akan dibius bila rencana pertama tak berhasil. Petugas hampir mengevakuasi buaya tersebut, namun kembali gagal.
Kasus ini bukan yang pertama kali dalam beberapa waktu terakhir, sebelumnya warga Jakarta dikagetkan dengan kemunculan buaya di Dermaga Ancol.
Berikut Tribun Jabar rangkum dari berbagai sumber mengenai fakta buaya di ibu kota.
1. Buaya di Ibu Kota Termasuk dalam Kategori Ganas
Petugas Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Widodo menduga buaya yang muncul di Kali Grogol, Jakarta Barat merupakan buaya jenis muara.
Hal itu, kata Widodo terlihat dari sejumlah ciri buaya yang direkam serta dilihat sejumlah masyarakat.
Dugaan buaya tersebut merupakan buaya muara terlihat dari moncongnya serta bentuk sisik yang lebar.
"Ini diduga buaya muara. Bisa dilihat dari sisiknya yang lebih lebar dan moncongnya juga. Kalau lancip, dia buaya yang hidup di air tawar, kalau moncongnya agak lebar dia buaya muara," ujar Widodo saat ditemui Kompas.com di Kali Grogol, Rabu (27/6/2018).
Baca: Ketua PPS Kesenden Cirebon Sebut 19 Kotak Suara Dibuka untuk Ini, Begini Kronologis Lengkapnya
Baca: 4 Orang Terlibat Hilangnya Ribuan Surat Suara di Cirebon? Ini Penjelasan Panwaslu
Adapun Widodo belum bisa memastikan dari mana buaya yang dikabarkan lebih dari dua ekor tersebut berasal.
Pihaknya harus terlebih dahulu harus menangkap serta melihat sifat buaya.
Adapun buaya muara termasuk jenis buaya yang ganas. Bahkan banyak kasus buaya muara bisa memangsa manusia.
"Kita harus tangkap, lalu kita teliti perilakunya. Kalau misalnya kita kasih makanan dia langsung makan, itu mungkin buaya liar yang menjelajah. Tapi kalau dia maunya makan daging yang dipotong-potong, bisa jadi itu buaya peliharaan," ujar Widodo
2. Dianggap Hewan Jadi-jadian oleh Warga
Kemunculan tiga buaya berukuran besar di Kali Grogol, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, dianggap warga sebagai sosok siluman buaya. Alasannya, ketiga buaya itu terlihat berwarna putih.
"Itu bisa saja buaya siluman, tuh. Soalnya para buayanya warnanya putih. Para warga ini lihat buaya-buaya itu warnanya ada yang putih juga," ucap Khoirun (31), pengemudi ojek online, sembari asyik menyaksikan para petugas pemadam kebakaran mencari buaya di Kali Grogol.
Gerry (29), warga setempat, juga menyebutkan bahwa ketiga buaya itu diduga sosok siluman. Dia meyakini hal itu lantaran melihat tubuh salah satu buaya berwarna putih.
"Salah satunya berwarna putih. Warga sekitar bilangnya siluman. Bisa saja sih, sebab buaya itu enggak muncul. Cuma, sekitar jam 09.00 katanya muncul lagi sebentar," ungkapnya.
Kepala Seksi Penyelamatan Kebakaran Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Kota Jakarta Barat Sjukri Bahanan memaparkan, buaya di Kali Grogol memiliki moncong berwarna putih.
"Buaya putih? Maksudnya moncongnya emang warnanya putih. Ketiganya bermoncong putih. Tiga buaya ini masih dicari. Sekarang, pancing buaya itu pakai ayam hidup. Ada tiga ekor. Dua dipakai, satu untuk cadangan," jelasnya.
3. Kendala Petugas di Lapangan
Rompis Romlih, Kepala Seksi Pengendalian Kebakaran Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Kota Jakarta Barat mengakui sulit mencari buaya-buaya itu. Ia mengaku selain warga banyak berkerumun di lokasi saat proses pencarian, lumpur juga menjadi penyebab utamanya.
"Lumpur di Kali Grogol ini tebal. Agak dalam ya dan sulit terlihat. Pencarian dilakukan, sampai sepanjang 500 meter. Maka, kita coba pancing tiga buaya ini dengan tiga ekor ayam hidup. Di sini, ada 24 petugas diturunkan untuk mencari keberadaan buaya-buaya itu. Sayangnya, ayam yang disediakan enggak dimakan-makan juga," bebernya.
4. Aktivitas Warga Bisa Membuat Buaya Stres
Kepala Seksi Wilayah 2 Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) DKI Jakarta, Bambang Yudi, di lokasi, Kamis.
"Kesulitannya karena banyak masyarakat yang menonton dan melempar-lempar. Buayanya tadinya muncul jadi nyelam lagi. Dia (buaya) kan stres, dia biasa dengan ketenangan," tambahnya.
Kemunculan buaya bermula pada Rabu (27/6/2018), diduga ada tiga ekor yang menampakkan diri ke permukaan kali.
Namun, hingga saat ini buaya tersebut belum berhasil ditangkap meski telah diberikan pancingan makanan tiga ekor ayam.
5. Dugaan Kemunculan
Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Indra Exploitasia
Indra mengatakan, ada empat dugaan asal buaya-buaya tersebut. Pertama, banjir bandang yang terjadi di Jakarta tahun 2006 membuat sejumlah buaya yang ada di penangkaran lepas. Buaya-buaya yang lepas itu akhirnya berkembang biak di luar habitatnya.
Kedua, buaya tersebut dipelihara warga, kemudian dengan sengaja dilepas warga tersebut.
Ketiga, buaya tersebut meninggalkan habitat alaminya untuk menjelajahi wilayah lain untuk mencari makan.
Keempat, buaya tersebut terlepas dari penangkaran. Untuk alasan terakhir, KLHK telah memeriksa penangkaran buaya yang ada di daerah Cikande dan Serang.
Manajemen PSM Makassar Kesal dengan Sikap Persija Jakarta https://t.co/QrGfV3Em4G via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) June 28, 2018
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jabar/foto/bank/originals/ilustrasi-proses-penangkapan-buaya-di-kali-grogol_20180628_174355.jpg)