Jajal Kemampuan Mobil Listrik Itenas, Ridwan Kamil: Bisa Dipakai di Jalanan Kota Bandung

Mobil listrik bertenaga baterai, jenis VRLA 200 Ah dengan kecepatan putaran 3.000-4. 800 RPM itu punya warna yang cukup mencolok,

Penulis: Cipta Permana | Editor: Tarsisius Sutomonaio
Tribun Jabar/Cipta Permana
Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil, mencoba menghidupkan mobil listrik EVHERO, sebelum menjajal kemampuan mobil buatan Itenas di Aula Bale Dayang Sumbi ITENAS, Jalan PHH Mustofa Nomor 23 Bandung, Rabu (15/11/2017). 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Cipta Permana

TRIBUNJABAR.CO.ID, BANDUNG- Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil, meresmikan langsung peluncuran mobil listrik berjenis crossover karya para peneliti ITENAS Bandung.

Peluncuran mobil yang diberi nama EVHERO  (Electr Crossover) itu dilakukan di Aula Bale Dayang Sumbi ITENAS, Jalan PHH Mustofa Nomor 23 Bandung, Rabu (15/11/2017).

Mobil listrik bertenaga baterai, jenis VRLA 200 Ah dengan kecepatan putaran 3.000-4. 800 RPM itu punya warna yang cukup mencolok, yakni oranye yang menjadi warna identitas kampus ITENAS Bandung.

Bahkan, selesai meresmikan peluncurannya, Kang Emil, sapaan Ridwan Kamil pun menyempatkan diri untuk menjajal secara langsung kemampuan dari mobil listrik tersebut di halaman luar aula.


Meski hanya menjajal dengan sekali putaran, Emil mengaku bangga pada karya mobil listrik itu pasalnya mobil listrik itu sangat halus dan nyaman saat digunakan serta tidak menimbulkan suara bising.

Dalam paparannya, Emil mengatakan yang menjadi kendala pengembangan teknologi di Indonesia saat ini, bukanlah ilmu pengetahuan maupun pendanaan (uang) tapi faktor political will, yakni keyakinan dan dukungan pemerintah terhadap karya anak bangsa.

"Saya orang yang selalu yes kepada teknologi karena saya hidupnya dimudahkan teknologi, makanya saya dukung lahir batin. Tapi saya juga punya kegelisahan dalam hidup saya sewaktu 7 tahun kerja di Amerika dan Hongkong. Semua punya produk unggulan negaranya masing-masing tapi Indonesia tidak ada," ujarnya di hadapan para hadirin.

Baca: Warong Sombar, Kedai Kuliner Tradisional Manado yang Berawal dari Gerobak

Ia menyebutkan masalah tersebut dikarenakan masyarakat Indonesia merupakan bangsa konsumtif bukan produktif.

Masyarakat jangan terlalu bangga dengan pencapaian ekonomi sebesar lima persen, ucapnya, karena bangsa Indonesia tidak memiliki panggung atau sarana untuk karya anak bangsanya sendiri.

Oleh karena itu, Emil mendukung Itenas untuk terus dapat memproduksi produk lokal karya anak bangsa dan dapat diproduksi secara massal dengan pendanaan dari manapun.


Hal itu sekaligus untuk memberikan pressure ke pemerintah pusat agar lebih memperhatikan karya lokal dalam negeri.

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved