Peristiwa G30S PKI

Banjir Darah Pasca-G30S/PKI Dimulai Setelah Ormas dan Warga Sipil Dipersenjatai

Pangdam Diponegoro Brigjen Suryo Sumpeno mendengar kabar terjadinya Gestapu ketika ia sedang minum kopi bersama istri di rumahnya di Semarang.

Editor: Ravianto
historia
Soeharto dan Sarwo Edhie Wibowo 

Pemimpin Gestapu di Yogyakarta memilih melarikan diri ke daerah Merbabu. Pasukannya tercerai-berai.

Sementara itu, di Semarang, Brigjen Suryo pun segera menguasai keadaan.

Sesuai pertemuan di Magelang dan membebaskan diri dari kepungan pasukan pendukung Gestapu di Salatiga pada 2 Oktober, ia telah merebut kembali kepemimpinan dan menguasai kota Semarang.

Kolonel Suhirman dan sebagian pasukannya melarikan diri ke luar kota.

Pada 5 Oktober, Semarang dan Yogyakarta sudah dikuasai oleh tentara yang loyal pada Soeharto.

Kepemimpinan tentara Yogyakarta dipegang oleh Kolonel Widodo yang datang ke kota ini dengan mengendarai tank.

Pada hari yang sama Walikota Solo ditahan dan semua fungsionaris PKI Solo ditangkap.

undefined
Penumpasan Gestapu di Jawa Tengah.

Meski tentara anti-komunis sudah kembali menguasai keadaan, Soeharto masih memandang perlu mengirim pasukan khusus ke Jawa Tengah sebab daerah inilah basis utama PKI dan tentara sempat “disusupi” oleh Gestapu.

Pada 17 Oktober, Kolonel Sarwo Edhi memimpin RPKAD ke Jawa Tengah untuk melakukan “pembersihan”.

Saat RPKAD tiba di Semarang pada hari berikutnya, kelompok anti-komunis membakar daerah-daerah PKI, seolah-olah untuk menyambut kedatangan para pahlawan.

Pada malam 18 Oktober RPKAD dan tentara lokal menahan dan menangkap 800 orang yang dicurigai tersangkut G30S.

Pada 21 Oktober, tiga kompi RPKAD bergerak menuju Magelang, keamanan kota Semarang diserahkan kepada sebagian pasukan yang ditinggalkan.

Seperti di Semarang, kedatangan pasukan RPKAD disambut gembira oleh kelompok anti-komunis dan dirayakan dengan perusakan gedung dan rumah anggota PKI dan Baperki.

Setelah melakukan pembersihan di Magelang, pada hari berikutnya pasukan elit ini melanjutkan operasi ke Boyolali karena diterima info bahwa Kodim (Komando Distrik Militer) Boyolali sedang dikepung oleh ribuan Pemuda Rakyat dan anggota PKI yang bersenjata golok dan bambu runcing.

Memang, pada 22 Oktober terjadi perlawanan PKI di Boyolali dan Klaten.

Sumber: Intisari
Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved