Peristiwa G30S PKI
Banjir Darah Pasca-G30S/PKI Dimulai Setelah Ormas dan Warga Sipil Dipersenjatai
Pangdam Diponegoro Brigjen Suryo Sumpeno mendengar kabar terjadinya Gestapu ketika ia sedang minum kopi bersama istri di rumahnya di Semarang.
Bersama pasukannya, Suhirman berhasil merebut Skodam VII sebagai markas dan mengambil oper pimpinan untuk menyebarkan kegiatannya ke seluruh Korem dan Brigrif-brigrif Kodam Diponegoro.
Dukungan serupa diberikan oleh Wali Kota Solo, Utomo Ramelan, bupati Boyolali dan Karanganyar.
Ketika Pangdam Brigjen Suryo tiba di Salatiga dan masuk ke markas tentara, pasukan pendukung Gestapu segera mengepung.
Kepada Suryo, pemimpin pasukan itu berkata, “Jenderal, saya harus menangkap Anda.”
Setelah berdebat sejenak, Brigjen Suryo berhasil meyakinkan kepala pasukan yang sedang bingung itu dan memerintahkannya tetap di situ bersama tentaranya.
Kemudian Brigjen Suryo pun dibiarkannya pergi ke Semarang.
Nasib mujur Brigjen Suryo ternyata tidak dialami oleh Kolonel Katamso.
Ketika briefing di Magelang baru saja usai, anak buahnya yang membelot dan mendukung Gestapu berhasil menguasai Yogyakarta.
Pemimpinnya, Mayor Mulyono, memerintahkan untuk menangkap Katamso dan stafnya, Letkol Sugiyono.
Keduanya kemudian dibunuh.
Baca: Ingin Kopi Anda Semakin Nikmat? Coba Trik Satu Ini, Sudah Diakui di Banyak Negara Lho
Baca: Jadwal Siaran Langsung Sepak Bola, Akhir Pekan Ini: Ada Persiba Balikpapan vs Persib Bandung
Setelah komandan dihabisi, pasukan pembelot membagi-bagikan senjata kepada sipil yang mendukung mereka.
PKI mengumpulkan 25 ribu anggotanya untuk berpawai mendukung Gestapu.
Meski sempat unjuk kekuatan pada saat-saat awal, keyakinan diri pasukan pendukung Gestapu segera merosot bersamaan dengan tersiarnya berita dari Jakarta bahwa Mayjen Soeharto telah menguasai keadaan.