Istri Pendiri NikahSirri.com: Suami Saya Kadang Gila, Kadang Normal

"Saya minta maaf untuk seluruh warga Indonesia, mohon dimaafkan suami saya," ucapnya sembari terisak.

Editor: Ravianto
KOMPAS.COM/Anggita Muslimah
Istri Aris Wahyudi, pemilik sekaligus pendiri situs www. nikahsirri.com, Rani saat ditemui di kediamannya, Perumahan TNI AU Angkasa Puri, Kelurahan Jatimekar, Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi, Senin (25/9/2017). (KOMPAS.COM/Anggita Muslimah) 

Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Jawa Barat, Netty Prasetiyani Heryawan, pun mencurigai ada praktik perdagangan anak dalam layanan situs tersebut.

"Kami meminta masyarakat waspada, jangan-jangan ini hanya akal-akalan saja dari praktik human trafficking, perdagangan orang dalam hal ini anak-anak. Kami meminta agar kepolisian bisa mengusut tuntas," ujar Netty dalam rilis Humas Jabar, Minggu (24/9/2017).

Dalam rangka itu, Netty juga sudah berkoordinasi dengan Kapolres Bekasi Kombes Pol Hero Henrianto Bachtiar untuk menindaklanjuti informasi yang beredar tentang nikahsirri.com yang diketahui dibentuk di wilayah kerjanya.

Baca: Layanan Air Minum Gratis Ini Didik Masyarakat untuk Kurangi Sampah

"Bila benar ada praktik eksploitasi, maka itu sudah ada pelanggaran pidana. Begitu pun dengan layanan nikah sirri. Ada indikasi kuat hal itu bagian dari praktik prostitusi. Jadi ini jelas bukan hanya melanggar norma masyarakat dan kaidah agama, tapi juga ada dugaan pelanggaran hukum," katanya.

Netty juga mengimbau agar para orang tua lebih intens berkomunikasi dengan anak-anaknya.

Untuk mencegah anak-anaknya terjebak pada bujuk rayu atau iming-iming hasil yang melimpah dari praktik jual keperawanan.

"Jadi, jangan sampai karena iming-iming dikasih rumah, mobil, uang banyak, dan handphone bagus lalu ikut layanan mereka. Bentengi anak-anak, jangan sampai terjebak," ujarnya.

Netty berharap agar Kemenkominfo segera memblokir situs nikahsirri.com dan partaiponsel.org.

"Saya yakin Kemenkominfo akan bergerak cepat menutup dua situs itu. Jangan tunggu ada korban, baru ditutup," katanya.

P2TP2A juga mengajak masyarakat melaporkan bila ada yang menjadi korban website tersebut.

"Jangan takut melaporkan hal itu ke penegak hukum. P2TP2A Jabar akan membantu mendampingi, mengadvokasi, dan memulihkan trauma. Jadi jangan takut, silakan bisa juga laporkan ke kami," kata Netty. (*)

Sumber: Tribunnews
Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved