Novel Tertangkap Kamera Jalan Kaki di Orchard Road, Mata Kirinya Menakutkan
hingga kini penyidik senior KPK, Novel Baswedan masih berada di Singapura.
TRIBUNJABAR.CO.ID, JAKARTA - Setelah menjalani operasi mata kiri tahap pertama pada 17 Agustus 2017 lalu, hingga kini penyidik senior KPK, Novel Baswedan masih berada di Singapura.
Menengok kasus penyiraman air keras yang menimpa Novel hingga mata kirinya harus menjalani operasi besar, sudah hampir lima bulan kasus tersebut tidak kunjung terungkap.
Novel pun menyayangkan hal ini.
Bahkan Novel sempat melontarkan ada dugaan keterlibatan jenderal polisi di kasusnya tersebut.
Baca: Fakta Menarik Usai Sriwijaya FC vs Persib Bandung 1-4: Nomor 4 Bukti Kedigdayaan Maung Bandung
Saat diwawancarai ekslusif oleh di Singapura, Aiman sempat mengikuti beberapa aktivitas Novel di negara tetangga tersebut.
Aiman khusus datang ke Singapura, menemui Novel yang tengah berjalan santai di Orchard Road.
Tampak Novel menggunakan baju gamis, peci lengkap dengan kaca mata.
"Apa kabar Mas Novel? ," tanya Aiman dalam tayangan ekslusif Kompas TV, Senin (9/4/2017) malam.
Baca: Ini Sosok Utama di Balik Aksi Kekerasan di Rakhine, Ternyata Bukan Biksu Wirathu
Merespon sapaan Aiman, Novel mengaku sehat.
"Baik, alhamdulilah saya sehat," jawab Novel.
Aiman sempat menanyakan mengapa Novel menggunakan kaca mata.
Padahal dalam kesehariannya, Novel tidak menggunakan kaca mata.
Novel menjawab, ada pengalaman tersendiri mengapa dirinya memutuskan harus menggunakan kaca mata untuk menyamarkan kondisi mata kirinya yang kini berwarna putih.
"Ini saya pakai kaca mata untuk menyamarkan, karena ada kejadian, anak kecil ketakutan lihat mata kiri saya. Makanya saya pakai kaca mata," ucap Novel.
Baca: Awal Mula Kisah Ritual Seks di Gunung Kemukus, Ternyata Ada Kemiripan dengan Cerita Sangkuriang
Setelah berbincang-bincang, Novel menceritakan sambil menunggu pemulihan matanya, memang ia kerap beraktivitas di Orchard Road, bukan untuk berbelanja namun karena disana ada sebuah masjid.
"Saya sering jalan disini, karena memang disini, di tengahnya ada masjid, saya biasa ibadah disana," tambahnya.
7 Point
Aiman Witjaksono berkesempatan untuk bertemu dengan Novel Baswedan di Singapura dan mengadakan sebuah wawancara eksklusif.
Diketahui sebelumnya, penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) itu berada di Singapura untuk menjalani perawatan luka bakar yang dideritanya akibat siraman air keras.
Aiman juga telah mempersiapkan sejumlah pertanyaan untuk mendalami kasus yang kini menjadi misteri di ruang pengungkapan korupsi di Indonesia.
Bukan Fokus Pada Raisa yango Dicium Hamish,Netizen Malah Fokus ke Sosok Ini: Awas Salah Pencet Kang! https://t.co/H94OcEtm9r via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) September 4, 2017
Aiman akhirnya mengubah beberapa pertanyaan yang telah ia susun sebelumnya, yang rencananya akan ditanyakan kepada Novel pada 30 Agustus.
Selanjutnya, Aiman menyimak tiap detail pernyataan dari Aris dan menyusunnya menjadi bahan pertanyaan baru untuk Novel.
Bagaimanakah hasil wawancara Aiman bersama Novel baswedan?
Melansir dari Kompas.com, berikut ini hasil wawancara Aiman bersama Novel.
1. Novel menghabiskan uang negara?
Aiman bergegas berangkat ke Singapura, 30 Agustus lalu.
Sesampainya di sana, ia langsung menuju ke sebuah tempat rahasia di kawasan Orchard Road.
Di tempat rahasia itulah, Aiman dan Novel bertemu.
Pertanyaan pertama yang diajukan Aiman adalah menyangkut adanya sebuah unggahan video di YouTube yang menyebut Novel menghabiskan uang negara dan berjalan-jalan di Singapura.
Merespon hal tersebut, Novel mengaku jika video tersebut tidak utuh alias dipotong.
“Video itu dipotong, saat saya hendak pergi ke masjid di kawasan Orchard Road. Padahal, jika diteruskan saya masuk ke Masjid,” jawab Novel.
Baca: ICW: Aksi Masinton Pasaribu di Gedung KPK Bagai Sinetron Kejar Tayang
2. Soal Aris Budiman
Diketahui sebelumnya, Aris Budiman telah melaporkan Novel ke polisi atas tuduhan penghinaan dan pencemaran nama baik.
Aris merasa dilecehkan karena Novel mengirim e-mail kepada Aris dan anggota KPK lainnya.
Isi dari email tersebut menyebutkan jika Aris tidak memiliki integritas sebagai Dirdik KPK.
Pernyataan Novel tersebut menurut Aris bisa membuat citranya buruk di masyarakat.
"Saya sangat dilecehkan (Novel). Orang-orang jadi tahu, di Kepolisian tahu, karena menyebar lewat jalur WA, kolega-kolega saya di Kejaksaan menyebar kemana-mana," ujar Aris kepada Kompas.com seusai diperiksa di Mapolda Metro Jaya, Kamis (31/8/2017) malam.
"Kalau saya nanti keluar dari (KPK), mereka jadi sebut 'oh ini mantan Dirdik KPK yang tak berintegritas'" ucap dia.
Dari laporan yang dibuat Aris, Novel dikenai pasal 27 KUHP ayat 3 tentang Informasi Transaksi Elektronik dan atau Pasal 310 KUHP tentang Penghinaan dan atau Pasal 311 tentang Pencemaran Nama Baik.
Kasus tersebut kini telah masuk ke tahap penyidikan, namun status Novel masih sebatas saksi terlapor.
Baca: Febri Hariyadi Catatkan Namanya di Papan Skor, Sriwijaya FC 0 - 3 Persib Bandung
3. Jawaban Novel soal Aris
Saat ditanya Aiman soal Aris, Novel menjelaskan bahwa e-mail yang dikirimkannya itu merupakan respons atas ketidaksetujuan wadah pegawai (semacam serikat pekerja) di KPK.
Novel menilai jika isi e-mail tersebut bukanlah pendapat pribadi darinya.
Melainkan aspirasi yang ditulis kembali oleh Novel selaku Ketua Wadah Pegawai di KPK.
Soal isi e-mail, Novel enggan membeberkannya kepada Aiman karena e-mail tersebut tengah dalam proses hukum.
Namun, Novel menjelaskan jika inti dari surat itu berisi penolakan terhadap penyidik senior dari Polri yang akan ditempatkan di KPK.
Baca: Sedang Ibadah Haji, Penampilan Istri Narji Cagur Bikin Heran. Netizen: Gak Nyangka Banget!
4. Kenapa wadah pegawai KPK menolak?
Novel mengaku, Aris kerap menghalangi pemeriksaan oleh KPK kepada sejumlah oknum Polri yang tersangkut kasus.
Namun Novel enggan menyebutkan kasus pada saja yang dimaksudnya.
Dari catatan Kompas TV pada tahun 2016, terdapat dua kasus yang menyeret pernonel Polri.
Pertama, kasus suap penerimaan anggota Polri di Polda Sumatera Selatan.
Kasus ini berhenti pada proses etik. Oknum perwira menengah yang diduga terlibat diberhentikan dari jabatannya. Unsur pidana kasus ini tidak dilanjutkan.
Kedua adalah kasus suap di Mahkamah Agung (MA).
Saat penggeledahan di rumah Sekretaris MA tahun 2016, Nurhadi, ditemukan uang sebesar Rp1,7 miliar.
Empat ajudan Nurhadi yang menjadi saksi kunci dalam penggeledahan ini sampai sekarang tidak pernah bisa diperiksa oleh KPK.
Tim Aiman di Kompas TV mencoba mewawancarai Aris Budiman untuk mengonfirmasi pernyataan Novel.
Namun Aris menolak dan mengatakan, pendapatnya sudah ia sampaikan di depan Pansus KPK.
Sementara juru bicara KPK, Febri Diansyah yang dikonfirmasi tim Aiman, menyatakan belum mendengar pernyataan Novel ini.
Baca: LIVE STREAMING: Pengakuan Blak-blakan Novel Baswedan: Tak Hanya Satu Jenderal yang Menyerang Saya
5. Aktor intelektual penyerang Novel
Kepada Aiman, Novel mengaku bahwa tak hanya seorang Jenderal di Mabes Polri yang terlibat dalam penyerangannya.
Menurutnya ada sejumlah pengikut dari Sang Jenderal yang bertugas di Mabes Polri turut campur tangan dalam peristiwa penyerangan tersebut.
Namun Novel tidak mau memberikan keterangan lebih lanjut mengenai pernyataannya tersebut.
Aiman kemudian bertanya, kenapa Novel tidak menceritakan apa yang diketahuinya tersebut kepada penyidik polisi yang datang bulan Agustus lalu?
Novel mengaku sudah pernah menyampaikan sebuah informasi terkait penyerangannya.
Namun polisi menyangkal informasi tersebut dan mengatakan bahwa orang-orang itu adalah sekelompok penagih hutang.
6. Novel akan beberkan keterangan kepada Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF)
Karena merasa informasi yang disampaikannya akan selalu ditepis, Novel akan memberikan infromasi detail soal kasusnya kepada Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF).
Namun hingga kini, tim tersebut belum juga dibentuk.
Novel mengakatakan jiak TGPF bukanlah untuk dirinya sendiri, malainkan untuk para penegak hukum yang selama ini banyak mengalami ancaman.
Di ujung wawancara, Novel khawatir sempat menyatakan kekhawatirannya jika kasus yang menimpa dirinya tak akan pernah terungkap tuntas.
Ia juga berharap pelaku penyerangan terhadap dirinya tidak dibunuh untuk menghilangkan jejak.
7. Konfirmasi ke Polda Metro Jaya
Semua pernyataan Novel dari hasil wawancara ini dikonfirmasikan kepada Kabid Humas Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Polisi Raden Prabowo Argo Yuwono.
Namun Kombes. Argo enggan memberikan komentar.
Ia justru meminta kepada Aiman untuk menanyakan langsung soal ini kepada Novel. (Tribunnews.com/Ferdinand Waskita/TribunWow.com/Fachri Sakti Nugroho)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jabar/foto/bank/originals/novel-baswedan-dan-aiman_20170904_202828.jpg)