Mengenal Tindakan Induksi Pada Proses Persalinan, Wajib Baca!
Jika setelah tanggal perkiraan kelahiran bayi Anda belum juga menunjukkan tanda-tanda akan melahirkan, maka. . .
Penulis: Fauzie Pradita Abbas | Editor: Dedy Herdiana
Proses ini dilakukan jika kepala bayi telah sampai pada panggul bawah dan leher rahim telah setengah terbuka.
Detak jantung bayi Anda akan terus dimonitor sebelum dan sesudah prosedur.
Menggunakan obat-obatan yang diinfuskan ke pembuluh darah
Hormon sintetis yang dapat menyebabkan kontraksi rahim, yaitu oksitosin, diinfuskan ke pembuluh darah.
Proses ini dilakukan jika leher rahim telah mulai menipis dan melunak. Hal ini bertujuan memicu kontraksi juga.
Tidak jarang dokter menggunakan kombinasi beberapa metode di atas untuk melancarkan persalinan.
Waktu yang dibutuhkan tiap wanita bisa beragam.
Jika leher rahim telah melunak dan tidak ada gangguan berarti, maka setelah induksi Anda dapat menggendong bayi Anda pada beberapa jam kemudian.
Namun jika tidak, induksi baru akan mendatangkan hasil hingga 2×24 jam.
Jika induksi tidak berhasil, maka mungkin akan dijalankan operasi caesar.
Risiko yang Dapat Timbul dari Induksi
Perlu diingat bahwa induksi adalah tindakan yang mengandung risiko dan karena itu tidak bisa dilakukan tanpa alasan yang kuat.
Intervensi apa pun terhadap persalinan yang diharapkan berjalan normal hanya akan meningkatkan risiko.
Berikut ini beberapa konsekuensi yang bisa dialami wanita yang menjalani induksi.
1. Persalinan dengan induksi biasanya lebih terasa sakit dibandingkan persalinan normal, sehingga kebanyakan wanita meminta diberikan pereda nyeri selama proses ini.
2. Persalinan dengan induksi lebih mungkin membutuhkan alat bantu forceps untuk mengeluarkan bayi.
3. Induksi yang terlalu dini dapat menyebabkan bayi lahir prematur. Pada situasi ini, induksi dapat membuat bayi menjadi sulit bernapas.
4. Jika leher rahim Anda tidak kunjung terbuka, induksi dapat berujung pada operasi caesar.
5. Oksitosin atau prostaglandin adalah obat-obatan yang digunakan untuk induksi.
Kedua bahan ini berpotensi memicu beberapa komplikasi, antara lain membuat detak jantung bayi Anda menjadi lebih lemah, serta mengurangi suplai oksigen kepada bayi.
Risiko dan manfaat obat perlu dipertimbangkan.
6. Induksi dapat mempertinggi risiko gangguan pada tali pusat masuk ke dalam vagina sebelum persalinan.
Situasi ini dapat menekan tali dan mengurangi aliran oksigen untuk bayi.
7. Beberapa metode induksi, seperti pengelupasan lapisan leher rahim, menempatkan kateter balon pada leher rahim, atau memecahkan air ketuban dapat meningkatkan risiko infeksi pada ibu dan bayi.
8. Induksi dapat meningkatkan risiko otot kandung kemih Anda tidak berkontraksi setelah persalinan, sehingga dapat meningkatkan risiko pendarahan setelah bayi lahir.
9. Komplikasi yang jarang terjadi tapi sangat serius adalah pecahnya rahim karena bayi keluar dari dinding rahim ke rongga perut ibunya.
Kondisi yang mengancam nyawa ini ditangani dengan operasi caesar.
Induksi tidak disarankan bagi wanita yang mengalami beberapa kondisi berikut ini: mengidap infeksi herpes genital, pernah mengalami operasi caesar dengan sayatan besar atau klasik, pernah menjalani operasi besar pada rahim, leher rahim yang tertutup plasenta, atau ketika jalan lahir terlalu sempit untuk bayi.
Jika sedang mempertimbangkan induksi, diskusikan terlebih dahulu dengan dokter kandungan Anda. Semoga Bermanfaat. (*)