Laporan Eksklusif Tribun Jabar
Kios Baru untuk Pedagang Bunga Harganya Rp 15 Juta, Pedagang: Pengembangnya Mana?
Hal lain yang belum jelas adalah soal keharusan mereka membayar sejumlah uang sebelum bisa pindah ke kios baru.
Penulis: Ragil Wisnu Saputra | Editor: Ravianto
Laporan wartawan Tribun Jabar, Ragil Wisnu Saputra
TRIBUNJABAR.CO.ID, BANDUNG - KETUA Pedagang Bunga dan Tanaman Hias Tegallega, Anton Dwi Hubyono (43) menegaskan mereka tak menolak dipindah tempat berjualan.
"Kami tak akan menolak. Tapi, lahannya harus jelas dulu. Untuk yang tanaman hias, paling tidak ukurannya sama dengan yang sekarang," kata dia.
"Yang kedua itu soal aturan yang tidak boleh ditempati atau ditinggali. Kalau ada pesanan yang terpaksa harus lembur, bagaimana? Itu intinya,."
Hal lain yang belum jelas adalah soal keharusan mereka membayar sejumlah uang sebelum bisa pindah ke kios baru.
Model ini Diperlakukan Tak Manusiawi oleh Pacarnya, 10 Tahun Kemudian Nasibnya jadi Begini https://t.co/FKykXCD9Tf via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) September 2, 2017
"Katanya yang kios bunga potong itu sekitar Rp 15 sampai Rp 16 juta. Kalau yang tanaman hias kami ingin meminta lebih murah sekitar Rp 5 juta," katanya.
"Kiosnya, katanya akan dibuatkan pengembang. Tapi pengembang yang mana, kami juga kurang paham."
Keinginan agar luas lahan di lokasio yang baru nanti sama dengan luas yang ditempati sekarang, juga dilontarkan Neti Sanerum (68), pemilik kios taman hias.
"Apalagi di sana kan belum ada listrik dan air. Inginnya ya tetap di sini saja. Selama ini, saya kan selalu lancar bayar retribusinya," kata Sanerum, yang sudah 20 tahun berjualan di sana.
Baca: Bukti Slogan Torang Samua Basudara, Turis China Mengira Rumah Ibadah sebagai Restoran
Baca: Begini Nasib Anak Kapolsek yang Masuk Sekolah Negeri Pakai Surat Miskin
Ai Suminar (37), pedagang tanaman hias lainnya, mengaku heran dengan rumor pengosongan lapak tersebut.
Jika memang betul ini arahan dari Pemkot Bandung, seharusnya Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil, melakukan sosialisasi kepada para pedagang untuk menampung keinginan pedagang dan mencari solusi yang tepat.
"Jangan kaya gini. Enggak ada sosialisasi. Pakai surat edaran yang isinya enggak jelas. Pak Emil ini kan pro sama penghijauan. Paling tidak temui pedagang untuk cari solusinya," katanya.(*)