Pengidap HIV/AIDS di Sumedang Didominasi Usia Produktif, Fenomena Putus Obat Mengkhawatirkan

Di Sumedang, ada fenomena pengidap HIV/Aids yang bikin geleng-geleng kepala.

Penulis: Kiki Andriana | Editor: Seli Andina Miranti
Tribun Jabar/ Kiki Andriana
WAWANCARA - Retno Ernawati, Kepala Sekretariat KPA (Komisi Penanggulangan AIDS) Sumedang, sekaligus Ketua Perada Sumedang, (kanan), dan Enung Rohayani, Pengelola Program HIV Dinas Kesehatan Sumedang (kiri), saat diwawancara Tribun Jabar.id, di Kantor Perada Sumedang, Senin (17/11/2025). 

Laporan Kontributor TribunJabar.id Kiki Andriana dari Sumedang

TRIBUNJABAR.ID, SUMEDANG - Para lelaki seks lelaki (LSL) juga ada di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. 

Tahun 2025, mereka menyumbang kasus HIV/AIDS terbesar untuk Kabupaten Sumedang. Parahnya, mereka yang mengidap penyakit ini yang berusia produktif. Bukannya giat bekerja, orang-orang usia produktif malah mengidap HIV/AIDS

"Usia produktif justru yang menjadi korban, kebanyakan usia 20-45, usia produktif sehingga dia kehilangan ekonomi. Harusnya menghasilkan produktivitas finansial, itu dengan sakit pasti ada penurunan,"

Baca juga: Dinkes Sumedang Ungkap 120 Kasus Baru HIV, Mayoritas Disumbang Lelaki Pecinta Lelaki

"Karena mereka itu ada yang bekerja, sekolah, kalau dengan gangguan ini (kena HIV), walau semua ada obatnya, tapi mengganggu dari sisi kualitas," kata Ketua KPA (Komisi Penanggulangan AIDS) Sumedang, Hj. Retno Ernawati saat diwawancara Tribun Jabar.id, di Kantor Perada Sumedang, Senin (17/11/2025). 

Di Sumedang, kasus HIV dari Januari-September 2025 kasus barunya 120 orang dengan sebaran kasus dari LSL 46 orang, waria 1 orang, WPS (wanita pekerja seks) 7 orang, pengguna jarum suntik 8 orang, TBC (tuberkulosis) 14 orang, IMS (infeksi menular seksual) 2 orang, dan ibu hamil 4 orang. 

Selain itu, jumlah kasus disumbang juga dari pelanggan "jajan" seks sebanyak 12 orang, pasangan suami-istri 13 orang, pasangan ODHIV 6 orang, calon pengantin 3 orang, dan dari populasi umum 4 orang.

Di Sumedang, ada fenomena yang bikin geleng-geleng kepala. Yaitu, mereka yang sudah tahu dirinya terserang HIV/AIDS malah putus pengobatan. Padahal obat gratis. 

"Ada yang sudah mau berobat beberapa kali, kemudian lolos, jadi tidak diteruskan, DO pengobatan. Ini yang akan mengantar ke titik kematian, dan ini mengantar ke penularan kalau tidak melindungi diri dan pasangannya agar tidak berpindah penyakitnya,"

Baca juga: BEM Berdampak : Integrasi Pencegahan Stunting, Literasi HIV, UMKM Tambak, dan Edukasi Anak

"Ini prihatin sekali, yang ada kita obati, yang belum kita cegah, dan yang masyarakat umum kita harapkan di fase hulu dapat edukasi yang baik," kata Retno.

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved