No 7 Operasi Paling Kelam, Ini Sejarah Kopassus dan Rangkaian Misi Penting Sejak 1952

Pasukan elit milik Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD), Kopassus, memiliki sejarah sangat panjang sejak dibentuk pada 1952.

Tribun Jabar/Gani Kurniawan
PERIKSA PASUKAN - Presiden Prabowo Subianto memeriksa pasukan didampingi Panglima TNI Jenderal Agus Subianto, Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, serta kepala staf tiga matra, KSAD, KSAL, dan KSAU, dalam Upacara Gelar Pasukan dan Kehormatan Militer di Pusdiklatpassus Kopassus, Batujajar, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat, Minggu (10/8/2025). 

TRIBUNJABAR.ID - Hari ini Komando Pasukan Khusus (Kopassus) memasuki usia ke- 73.

Pasukan elit milik Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) memiliki sejarah sangat panjang sejak dibentuk pada 1952.

Kopassus dikenal dengan julukan Pasukan Baret Merah karena identitas khas mereka yang mengenakan baret merah.

Selain identitas utama, Baret merah menjadi simbol keberanian dan semangat juang. 

Baret merah pada Kopassus juga melambangkan semangat laksana api yang membara, mencerminkan keterampilan prajurit komando. 

Selain itu, Kopassus juga dijuluki Hantu Rimba karena kemampuan bertahan dan gerak cepatnya di medan hutan.

Kopassus memiliki tugas pada ranah Operasi Militer Perang (OMP) maupun Operasi Militer Selain Perang (OMSP).

Baca juga: Menhan Sjafrie Hingga Kepala BIN Dianugerahi Bintang Kehormatan Bintang 4 dari Presiden Prabowo

Tugas OMP Kopassus antara lain direct action atau serangan langsung, untuk menghancurkan instalasi vital dan logistik musuh, Combat SAR, Anti Teror, hingga Advance Combat Intelligence (Operasi Intelijen Khusus).

Sementara pada OMSP, Kopassus juga bertugas pada Humanitarian Assistance (bantuan kemanusiaan), AIRSO (Operasi Anti Insurjensi, Separatisme dan Pemberontakan), perbantuan terhadap Kepolisian Republik Indonesia (sesuai permintaan perbantuan), SAR Khusus serta Pengamanan VVIP.

Sejarah Kopassus
 
Indonesia mulai memikirkan memiliki pasukan kusus ketika pada Juli 1950, Timbul pemberontakan di Maluku oleh kelompok yang menamakan dirinya RMS Republik Maluku Selatan (RMS).

Pimpinan Angkatan Perang RI saat itu segera mengerahkan pasukan untuk menumpas gerakan separatis tersebut.

Operasi ini dipimpin langsung oleh Panglima Tentara Teritorium III Kolonel A.E. Kawilarang, sedangkan sebagai komandan operasinya ditunjuk Letkol Slamet Riyadi.

Letkol Slamet Riyadi yang memimpin operasi ini memang berhasil menumpas gerakan pemberontakan, namun ada banyak korban dari pihak TNI.

Setelah dikaji, ternyata dalam beberapa pertempuran, musuh dengan kekuatan relatif lebih kecil mampu menggagalkan TNI yang kekuatannya jauh lebih besar.

Hal ini ternyata bukan hanya disebabkan semangat anggota pasukan musuh yang lebih tinggi atau perlengkapan yang lebih lengkap, namun juga taktik dan pengalaman tempur yang baik didukung kemampuan tembak tepat dan gerakan perorangan.

Baca juga: Warga Kecewa Setelah Gelar Pasukan di Pusdiklatpassus karena Prabowo Pilih Terbang untuk Pulang

Halaman
1234
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved