Program E10 Menteri ESDM, Montir Ungkap Pengaruh Etanol pada Mesin: Tak Semua Kendaraan Bisa

Bahan bakar dengan campuran etanol memiliki pengaruh langsung terhadap performa mesin.

Tribun Jabar/ Putri Puspita
MONTIR - Agisna, montir bengkel di Jalan Moh Toha, Kota Bandung, Rabu (8/10/2025). Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyatakan bahwa Indonesia akan segera memulai proyek mandatori bensin dengan campuran bahan etanol 10 persen atau E10. 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Putri Puspita

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyatakan bahwa Indonesia akan segera memulai proyek mandatori bensin dengan campuran bahan etanol 10 persen atau E10. 

Program ini disebut sebagai langkah awal transisi menuju energi yang lebih ramah lingkungan dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil murni.

Montir bengkel, Agisna mengatakan bahwa bahan bakar dengan campuran etanol memiliki pengaruh langsung terhadap performa mesin.

Baca juga: Viral Video Warga Siram Bensin ke Polisi di Sragen, Diduga Kesal Dianggap ODGJ, Kapolres Buka Suara

Ia menjelaskan, kadar etanol dalam bahan bakar akan berpengaruh terhadap hasil pembakaran di dalam mesin. 

“Etanol bisa membuat performa mesin bisa berubah. Misalnya saya biasa pakai oktan 95, tapi pas ganti ke 98 malah makin kering businya, padahal ekspektasinya biar lebih basah. Jadinya malah timing pengapiannya harus disetel ulang,” kata Agisna saat ditemui di bengkelnya Jalan Moh Toha Kota Bandung, Rabu (8/10/2025).

Efek lain dari kadar etanol yang tinggi adalah potensi knocking atau pembakaran dini sebelum waktu pengapian yang tepat. 

“Knocking itu kayak bahan bakarnya kebakar duluan sebelum waktunya. Nah, itu bisa bikin mesin cepat panas dan aus,” katanya.

Selain itu, Agisna menambahkan, bahan bakar dengan campuran etanol juga bisa menimbulkan karat pada mesin. 

“Soalnya etanol itu gampang ngikat kadar air dari udara. Jadi kalau terlalu lama, bisa bikin bagian logam cepat berkarat,” ujarnya.

Soal karakter kendaraan di Indonesia, Agisna menilai faktor iklim juga berpengaruh. 

Baca juga: Kemenkum Jabar Dalami Problematika UU Migas, Soroti Distribusi BBM hingga Kepastian Hukum Investasi

“Kalau di Indonesia enggak terlalu ekstrem suhunya, jadi motor-motor 100 cc itu masih aman aja. Lagian, motor bebek atau matic di sini kan setelannya fleksibel, bisa pakai RON 98, bisa juga lebih rendah. Pabrikan biasanya nyetel di tengah-tengah biar aman di semua kondisi,” jelasnya.

Namun, ia menegaskan bahwa akan berbeda cerita untuk kendaraan balap. 

“Kalau buat balap bahan bakarnya harus benar-benar murni, enggak ada campuran sama sekali. Karena kompresinya tinggi dan butuh bahan bakar yang susah terbakar. Makanya etanol enggak cocok buat mesin balap,” ujar Agisna.

Ia menjelaskan, fungsi etanol sebenarnya bukan untuk menambah tenaga, tapi lebih ke alternatif pengganti sebagian bahan bakar fosil. 

“Mungkin karena bahan bakar biasa itu kan bahan bakar positif, jadi dicoba diganti sebagian dengan etanol. Cuma ya tetap harus lihat spek mesin, nggak semua kendaraan bisa minum etanol tinggi,” ucapnya.

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved