Mengintip Perubahan Bandung Lewat Buku dari Komunitas Blogger
Buku ini diterbitkan oleh ITB Press sebagai bentuk cinta 23 blogger terhadap kota yang menjadi rumah mereka.
Penulis: Putri Puspita Nilawati | Editor: Muhamad Syarif Abdussalam
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Putri Puspita
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG – Komunitas Blogger Bandung merayakan perjalanan satu dekade dengan meluncurkan buku “BANDUNG: Kota Sejarah Wisata Renjana Budaya Kuliner”.
Buku ini diterbitkan oleh ITB Press sebagai bentuk cinta 23 blogger terhadap kota yang menjadi rumah mereka.
Ketua Blogger Bandung, Bang Aswi, yang juga bekerja di ITB Press, mengatakan buku setebal 136 halaman tersebut merupakan kompilasi tulisan personal para anggotanya yang sebelumnya telah dipublikasikan di blog masing-masing.
Tulisan-tulisan itu kemudian dikurasi dan dibagi menjadi enam bab, yaitu Bandungku, Bandung Kota Sejarah, Bandung Kota Wisata, Bandung Kota Renjana, Bandung Kota Budaya, dan Bandung Kota Kuliner.
“Idenya itu muncul dari awal tahun, saya share ke grup, teman-teman mulai mengumpulkan tulisan. Karena kebetulan di kantor saya, ITB Press, ada program workshop, akhirnya workshop itu diarahkan untuk menghasilkan buku. Setelah dikurasi, terpilihlah 23 penulis,” ujar Bang Aswi di House of Cihapit, Kamis (20/11/2025).
Menurutnya, proses penyusunan buku ini sekaligus menjadi pemantik untuk karya-karya lanjutan. Masih banyak blogger yang mengirimkan tulisan, namun tidak semuanya lolos kurasi.
“Ini hanya pemicu, sangat terbuka untuk ada terusannya,” ujarnya.
Salah satu kekuatan buku ini adalah keberhasilannya menangkap perubahan Bandung dari sudut pandang warganya sendiri.
Bang Aswi mencontohkan pesatnya perkembangan kuliner sebagai salah satu fenomena paling menarik.
“Sekarang itu bukan masalah enak atau tidak enak, tapi viral atau tidak viral. Padahal kuliner otentik itu bertahan meski tidak ramai. Batagor misalnya, dari yang Rp 2.000 di sekolah sampai yang eksklusif, semua punya kelasnya,” katanya.
Ia juga menyinggung dinamika bisnis ayam goreng dan tren minuman es teh yang muncul dalam berbagai kelas harga, dari premium hingga yang serba Rp3.000. Perubahan-perubahan ini, menurutnya, menjadi catatan sejarah tersendiri.
“Sejarah itu bukan hanya soal gedung atau penjajahan. Kuliner pun punya sejarah. Ada yang dulu ada, sekarang hilang. Ketika kami tulis di blog, mungkin suatu saat hilang. Tapi saat dijadikan buku, jejaknya jadi lebih lama, bahkan bisa tersimpan di perpustakaan,” ujarnya.
Selain kuliner, buku ini memuat banyak cerita yang jarang diungkap publik, seperti sejarah kawasan Cihapit atau Jalan ABC yang ternyata merupakan kawasan pecinan.
Bang Aswi menyebut blog sebagai “media sosial pertama di internet” yang kemudian melahirkan platform turunan seperti Instagram, YouTube, dan TikTok.
| Siap-siap Bandung Macet Akhir Pekan Ini Minggu 23 November 2025, Pekan Kebudayaan dan Bazar Diskonan |
|
|---|
| Anemia Intai Remaja Bandung, Dinkes Sebut Kebiasaan Makan Aci Sebabkan Kekurangan Gizi Mikro |
|
|---|
| Selebrasi dan Rahasia Konsistensi Andrew Jung untuk Persib: Sempurna |
|
|---|
| ITB Hadirkan Stasiun Pengisian Motor Listrik Bertenaga Surya untuk Pengendara Ojek Online di Bandung |
|
|---|
| DPRD Kawal Program Prakarsa Pemkot Bandung Agar Berjalan Efektif |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jabar/foto/bank/originals/Peluncuran-buku-Bandung-dari-Komunitas-Blog.jpg)