Kisah Putri dan Kue Tape Buatannya di Lapas Wanita, Menuai Pujian dari Ketua Bhayangkari Jabar

Rombongan Djeng PG 93 dan Ketua Bhayangkari Jabar, Diana Rudi Setiawan, berkunjung ke Lapas Perempuan Kelas II A Bandung, Kamis (20/11/2025).

Tribun Jabar/ Muhamad Nandri Prilatama
KUNJUNGAN - Tawa renyah berpadu aroma manis khas ragi tape tercium di Lapas Perempuan Kelas IIA Bandung di tengah kunjungan rombongan Djeng PG 93 dan Ketua Bhayangkari Jabar, Diana Rudi Setiawan, Kamis (20/11/2025). Di antara hidangan gurih dan manis yang ditata apik, perhatian Ketua Bhayangkari Jabar tertuju pada sepotong kue.  

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Muhamad Nandri Prilatama

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Tawa renyah berpadu aroma manis khas ragi tape tercium di Lapas Perempuan Kelas IIA Bandung di tengah kunjungan rombongan Djeng PG 93 dan Ketua Bhayangkari Jabar, Diana Rudi Setiawan, Kamis (20/11/2025).

Suasana ceria itu muncul saat rombongan menyicip sajian sederhana dan melihat hasil kerajinan warga binaan pemasyarakatan (WBP) yang dipamerkan.

Di antara hidangan gurih dan manis yang ditata apik, perhatian Ketua Bhayangkari Jabar tertuju pada sepotong kue. 

"Enak banget, maknyus, mantap pokoknya. Saya pesan beli kuenya ya," puji Diana Rudi Setiawan sambil matanya mencari sosok di balik kelezatan kue tape tersebut.

Dari kerumunan, muncul nama Putri Dwi Pertiwi (28). Sambil tersipu malu, Putri dikenalkan ke para tamu.

Kue tape keju buatannya baru saja menjadi bintang, menghangatkan lidah dan lebih penting lagi menghangatkan hati si pembuatnya.

Baca juga: Jelang Nataru, Inflasi di Kota Bandung Masih Terkendali Meski Harga Cabai Tinggi

Bagi Putri, pujian ibu Kapolda Jabar ini sebagai validasi manis dari proses belajar yang dia jalani sejak masuk lapas pada Juli 2024. 

dia mengaku baru empat bulan menjalani program tata boga di Lapas, hasil karyanya pun langsung mendapat pengakuan.

"Senang sekali ditambah bangga, ternyata baru beberapa bulan (belajar) sudah dipuji enak dan saya mendapat banyak ilmu di sini," ujar Putri, suaranya dipenuhi rasa syukur.

Dia menjelaskan, kue tape keju buatannya dibuat dengan proses yang memakan waktu hingga dua jam, sama seperti resep pada umumnya.

Uniknya, ilmu memasak ini dia peroleh bukan dari instruktur formal, melainkan dari transfer pengetahuan antarWBP, dari mereka yang sudah lebih dahulu menekuni dunia dapur di balik tembok Lapas.

Kini, dari ruang Lamoria (Lapas Mojang Priangan) bakery yang menjadi saksi bisu mimpinya, Putri sudah mampu memproduksi antara 50 sampai 150 buah kue setiap harinya.

Bagi Putri, setiap adonan kue tape yang dia cetak adalah investasi masa depan. Dia sudah memiliki usaha kecil bernama King Mozarella yang dia jalankan melalui TikTok dan Grab.

Baca juga: Kabupaten Bandung Diguncang 9 kali Gempa Sebabkan Rumah Roboh dan Dinding RSUD Retak

Dia berharap ilmu dari lapas ini akan menjadi menu baru yang memperkaya usahanya kelak.

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved