Desa Wisata di Jawa Barat Berpotensi Besar Jadi Penggerak Ekonomi

Desa wisata di Jawa Barat memiliki potensi besar untuk menjadi penggerak ekonomi pariwisata.

Penulis: Putri Puspita Nilawati | Editor: Giri
Tribun Jabar
POTENSI BESAR - Kampung Tajur Purwakarta yang merupakan desa wisata. Jawa Barat memiliki sekitar 800 desa wisata yang berpotensi besar menjadi penggerak ekonomi pariwisata. 

Ringkasan Berita:
  • GIPI Jawa Barat menilai dewa wisata berpotensi besar menjadi penggerak ekonomi pariwisata. 
  • Di Jawa Barat ada sekitar 800 desa wisata.
  • GIPI siap berkolaborasi untuk pengembangan desa wisata.

 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Putri Puspita

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Desa wisata di Jawa Barat berpotensi besar menjadi penggerak ekonomi pariwisata. Namun, potensi tersebut hanya dapat berkembang jika masyarakat desa mampu mempertahankan nilai budaya dan keasliannya.

Sekretaris Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Jawa Barat, Koko Koswara, menegaskan, pihaknya siap berkolaborasi untuk mewujudkan itu. 

Menurutnya GIPI memang tidak secara langsung menaungi desa wisata, tapi kolaborasi berupa pendampingan atraksi wisata, peningkatan kualitas destinasi, hingga penguatan sisi pemasaran bisa dilakukan.

Baca juga: Jawara Wisata Award 2025, Dongkrak Desa Wisata sebagai Motor Ekonomi Baru Jawa Barat

“Kita terbuka, tidak harus yang sudah juara atau terpilih. Siapa pun boleh bergabung. Mereka bisa banyak belajar dari organisasi kami, termasuk dari sisi atraksi melalui PUTRI  maupun penjualan bersama Asita dan lainnya,” kata Koko saat ditemui di Hotel Pullman, Kota Bandung, Kamis (20/11/2025).

Koko mengatakan, desa wisata di Jabar yang mencapai 800 menunjukkan kekayaan potensi desa di Jabar. Namun, menurutnya, pengembangannya tetap harus berakar pada budaya lokal.

“Desa wisata itu punya potensi luar biasa. Tapi kuncinya satu, harus sesuai dengan budaya. Desa wisata yang bagus itu yang mempertahankan budaya,” ucapnya.

Ia menilai, pasar utama desa wisata justru datang dari masyarakat menengah ke atas yang sudah jenuh dengan kehidupan serba cepat dan modern.

“Mereka sudah bosan dengan hiruk pikuk kota. Mereka ingin kembali ke alam, mandi di sungai, berjalan di tanah, menikmati kesederhanaan. Itu yang dicari,” ujarnya.

Baca juga: Manajemen Tribun Jabar Kunjungi Sekda Kuningan, Bahas Promosi Wisata Hingga CSR

Koko mencontohkan pengalaman wisata seperti di kampung sebagai gambaran bagaimana kedekatan dengan alam bisa menjadi daya tarik kuat.

Namun, ia menyoroti tantangan yang dihadapi desa wisata, yakni pengaruh arus informasi dan gaya hidup konsumtif. 

Menurutnya, banyak masyarakat desa yang mulai merasa harus ‘tampil modern’ karena terpapar gaya hidup digital, padahal justru keaslian desa lah yang menjadi nilai jual utama.

Baca juga: Destinasi Wisata: Kampung Berseri Astra Kemiren di Desa Wisata Adat Osing Peraih UN Tourism 2025

“Yang disukai wisatawan justru kesederhanaan dan keaslian itu. Jadi jangan sampai masyarakat desa terganggu oleh hal-hal yang konsumtif,” ucapnya.

Ia menegaskan, GIPI siap menjadi ruang kolaborasi bagi desa wisata yang ingin berkembang secara serius.

“Yang penting desa wisata itu giat, mempertahankan budaya, dan terus berjalan. Kalau itu bisa dilakukan, potensi mereka luar biasa,” katanya. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved