Gurita Bisnis Gibran dan Kaesang di Bandung Gulung Tikar, dari Sepi Pembeli Hingga Gerai Menghilang

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kondisi di Mangkokku yang kini sudah sepi ditinggal pembeli.

"Sekarang owner Mangkokku Chef Arnold, kalau dulu sempat dipegang sama Gibran dan Kaesang. Tapi untuk sekarang kepemilikannya hanya Chef Arnold," ujar Yosa saat ditemui Tribun Jabar di gerai Mangkokku, Rabu (4/9/2024)

Berdasarkan informasi yang diterima karyawan, kata dia, alasan Kaesang dan Gibran meninggalkan bisnisnya itu karena keduanya terjun ke dunia politik, sehingga sudah tidak memunggkinkan untuk mengurus bisinisnya.

Selama ini, kata dia, Kaesang dan Gibran juga belum pernah datang ke gerai Mangkokku, sedangkan untuk pengarahan kepada karyawan terkait bisnis tersebut hanya dilakukan oleh manajer-manajer Mangkokku.

"Jadi enggak secara langsung oleh Mas Gibran atau Mas Kaesang. Tapi pas dipegang sama mereka dulu konsumen ramai banget, tapi kalau sekarang menurun," katanya.

Yosa tidak merinci penurunan konsumen itu termasuk soal omzet. Tetapi yang jelas dulunya bisa mencapai ratusan porsi yang terjual, sedangkan saat ini turun sekitar 20 sampai 30 persen karena diduga sudah banyak saingan.

Baca juga: ITB Membuka Pemilihan Rektor, MWA: Harus Lahirkan Soekarno dan Habibie Baru dari ITB

"Dulu pembelinya mahasiswa dan orang-orang kompleks di sini, tapi kebanyakan online sih," ucap Yosa.

Sedangkan untuk gerai Sang Pisang di depan halaman minimarket di Dipatiukur saat ini sudah hilang.

Sehingga di tempat bekas bisnis kuliner Kaesang hanya dijadikan tempat parkir kendaraan konsumen minimarket.

Apay (40), seorang juru parkir masih ingat betul bahwa gerai Sang Pisang ini dulunya sangat ramai konsumen, tetapi kondisi itu hanya bertahan sekitar dua tahun saja dan akhirnya harus turup permanen hingga gerai pun hilang.

"Sang pisang dulu di depan minimarket. Biasanya ramai dipenuhi mahasiswa, kalau pejabat saya gak pernah lihat.  Kalau enggak salah tutupnya setahun yang lalu," ucap Apay.

Saat launching Sang Pisang, kata dia, Kaesang datang langsung untuk meresmikan gerai tersebut, kemudian setelah itu langsung banyak pembeli. Tetapi hari demi hari jumlah pembelinya terus menurun hingga akhirnya gulung tikar.

"Dulu tiap hari parkiran juga penuh sekali dan Kaesang juga ngontrol dikawal bodyguard-nya. Setelah itu sepi terus tempatnya (gerai) langsung enggak ada, mungkin ya bangkrut," katanya.

Kondisi serupa terjadi pada bisnis kuliner Markobar yang gerainya di halaman minimarket Jalan Buah Batu. Dulu bisinis ini emang banyak konsumennya dan digandrungi masyarakat tetapi saat ini gerainya sudah tak ada atau menghilang.

Baca juga: Kronologi Pelajar Tewas Kecelakaan Maut di Purbaratu Tasikmalaya, Motor Oleng Hantam Truk

Juru parkir minimarket, Suryana (50) mengatakan, gerai Markobar tersebut buka pada tahun 2018, kemudian gulung tikar pada tahun 2020 tepatnya saat pandemi COVID-19 melanda Indonesia termasuk Kota Bandung.

"Saya kira tutupnya bukan hanya karena Corona saja, tapi memang harganya kemahalan, itu enggak masuk untuk warga Kota Bandung apalagi saat Corona banyak orang tidak punya uang, kehilangan pekerjaan," ujar Suryana.

Halaman
123

Berita Terkini