Sempat Menjadi Nadi Produksi di Indonesia, Kini Kondisi Sentra Kaos Jalan Suci Bandung Kian Lesu

Penulis: Nappisah
Editor: Kemal Setia Permana
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

TAK SERAMAI DULU - Pengusaha konveksi di Jalan Suci, Rossi (tengah) sedang melayani konsumen, Senin (5/8/2025). Pedagang kaos di Jalan Suci kini tak seramai dulu.

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Nappisah

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Kawasan Jalan Suci Kota Bandung dikenal sebagai sentra produksi aneka sablon dan kaos.

Kawasan ini sebenarnya berada di Jalan PHH Mustopa. Disebut 'Suci" karena terletak di antara Jalan Surapati dan Terminal Cicaheum sehingga disingkat menjadi Suci.

Dulu, di hampir sepanjang Jalan Surapati - Cicaheum ini dikenal sebagai jantung industri konveksi Kota Bandung. 

Di masa jayanya, toko-toko di kawasan ini tak pernah sepi pesanan. Pembeli dari berbagai penjuru Indonesia bahkan rela menginap demi menjadi yang pertama mendapatkan layanan. 

Salah satunya adalah Toko Rossi T-shirt, milik Rossi (55), yang telah menggeluti usaha ini sejak awal 2000-an.

“Dulu mah toko belum buka, yang mau bikin kaos udah tidur di depan toko. Dari seluruh Indonesia datang ke sini,” kata Rossi saat ditemui di tokonya, Senin (4/8/2025). 

Baca juga: Kasus Dugaan Gagal Bayar, Pihak BUMD di Kabupaten Bandung Mangkir dari Panggilan Polda Jabar

Ia menuturkan bagaimana pesanan konveksi datang silih berganti setiap pekannya. Dalam seminggu, ia bisa mengerjakan hingga lima pesanan besar. 

Bahkan, Ia sempat menangani produksi 350 ribu kaos untuk acara politik di Timor Leste, bagian dari pesanan sejuta kaos yang dibagi ke tiga toko.

Namun kini, kejayaan itu telah menyusut. Jalan Suci tak lagi seramai dulu.

Salah satu penyebabnya adalah karena tergeser oleh perubahan perilaku konsumen dan pasar daring (online). 

“Sekarang mah seminggu dapat satu orderan saja sudah alhamdulillah,” kata Rossi.

Rossi sendiri mengaku tidak terjun berjualan lewat platform daring karena merasa persaingannya tak sehat dan harga terlalu ditekan. 

“Saya enggak bisa ikut harga online. Kalau saya jual Rp70 ribu, di sana ada yang jual Rp20 ribu. Enggak masuk,” ujarnya.

Namun meski volume produksi tak sebesar dulu, Rossi tetap mempertahankan prinsip layanan dan kualitas.

Halaman
123

Berita Terkini