Dampak Larangan Study Tour Dedi Mulyadi, Pengusaha Pariwisata di Jabar Jual Bus hingga PHK Karyawan

Dampak dari larangan study tour Dedi Mulyadi, DMH Trans menjual lima unit busnya, sementara PO Bus Smindo Trans, Rachmat harus mem-PKH karyawannya.

Penulis: Rheina Sukmawati | Editor: Rheina Sukmawati
Kolase TribunJabar.id/M Rizal Jalaludin, Wartakotalive.com/M Rifqi
DAMPAK LARANGAN STUDY TOUR - Larangan study tour dari Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mulai berdampak kepada pengusaha bus pariwisata. (KIRI) Dedi Mulyadi saat kunjungan di Sukabumi, Selasa (22/7/2025). (KANAN) achmat, pemilik PO Smindo Trans mengungkapkan dampak negatif larangan study tour bagi perusahaannya. Kini, pihaknya terpaksa PHK 50 persen karyawan. 

Mereka memprotes kebijakan larangan study tour yang berimbas kepada pendapatan mereka sebagai pelaku usaha wisata.

Meskipun mendapatkan protes besar-besaran, Dedi Mulyadi tetap teguh pendirian untuk melarang kegiatan study tour.

“Demonstrasi kemarin menunjukkan semakin jelas bahwa kegiatan study tour itu sebenarnya kegiatan piknik, kegiatan rekreasi. Bisa dibuktikan, yang berdemonstrasi adalah para pelaku jasa kepariwisataan,” kata Dedi dikutip dari akun Instagram @dedimulyadi71, Selasa (22/7/2025).

Dia menjelaskan, massa yang berdemonstrasi juga mendapat dukungan dari asosiasi pelaku wisata di Yogyakarta, termasuk penyedia Jeep wisata Gunung Merapi.

Dedi menegaskan, kebijakan larangan study tour diambil untuk melindungi orang tua siswa dari pengeluaran yang tidak perlu dan memastikan pendidikan tetap fokus pada pengembangan karakter dan kemampuan belajar siswa.

“Insyaallah Gubernur Jawa Barat akan tetap berkomitmen menjaga ketenangan orang tua siswa, agar tidak terlalu banyak pengeluaran biaya di luar kebutuhan pendidikan,” ujarnya.

Dia menegaskan tetap berpihak pada kepentingan rakyat banyak, menjaga kelangsungan pendidikan, serta mengefisienkan biaya dari hal-hal yang tidak berkaitan dengan pendidikan.

Dedi juga berharap industri pariwisata di Jawa Barat tetap berkembang, tetapi dengan target wisatawan yang memang memiliki kemampuan ekonomi untuk berwisata, bukan dengan memaksa keluarga berpenghasilan pas-pasan untuk ikut study tour.

“Semoga industri pariwisata tumbuh sehingga nanti yang datang berwisata itu adalah orang luar negeri, orang-orang yang punya uang dan memang murni bertujuan melakukan kepariwisataan, bukan orang-orang yang berpenghasilan pas-pasan dengan alasan study tour akhirnya dipaksa harus pergi piknik,” ujarnya.

(Tribunjabar.id/Rheina, Nazmi Abdurrahman) (Wartakotalive.com/M. Rifqi Ibnumasy)

Baca berita Tribunjabar.id lainnya di Google News.

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved