Bukti Sesar Lembang Masih Aktif dan Potensi Bahaya Gempa 6 Skala Magnitudo

Artinya dengan bukti tersebut, kata dia, bahwa Sesar Lembang ini memang tergolong sebagai sesar aktif.

Penulis: Hilman Kamaludin | Editor: Ravianto
Tribunjabar/Mega Nugraha
BAHAYA SESAR LEMBANG - Tebing Keraton, merasakan kesejukan Bandung dan melihat Sesar Lembang dari tepi jurang. 

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Bahaya Sesar Lembang kembali diingatkan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).

PVMBG mengingatkan potensi keaktifan Sesar Lembang yang bisa memicu gempa bumi dan berdampak ke 4 wilayah Bandung Raya.

Sesar Lembang adalah sebuah patahan atau sesar aktif yang membentang di wilayah Bandung Raya, Jawa Barat.

Koordinator Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Supartoyo, saat memeriksa kondisi bangunan di Kampung Pengkoran, Desa Cisarua, Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Sabtu (4/2/2023), yang rusak akibat gempa magnitudo 4,3 pada Rabu (1/2/2023). 
Koordinator Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Supartoyo, saat memeriksa kondisi bangunan di Kampung Pengkoran, Desa Cisarua, Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Sabtu (4/2/2023), yang rusak akibat gempa magnitudo 4,3 pada Rabu (1/2/2023).  (Tribun Jabar/Sidqi Al Ghifari)

Ini merupakan salah satu sesar paling dikenal di Indonesia karena lokasinya yang dekat dengan area padat penduduk seperti Kota Bandung dan Kabupaten Bandung Barat.

Garis Sesar Lembang tersebut membentang sepanjang 29 kilometer, mulai dari Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung, dan Kota Bandung.

Jika sesar ini aktif, ahli memprediksi bisa memicu gempa bumi 6,9 magnitudo.

Baca juga: Bandung Raya Terancam Gempa Magnitudo 7 Akibat Adanya Sesar Lembang, Begini Kata Ahli BMKG

Karakteristik Sesar Lembang

Sesar Aktif: Sesar Lembang merupakan sesar aktif, artinya ia masih mengalami pergerakan dan berpotensi menyebabkan gempa bumi.

Panjang dan Arah: Sesar ini membentang sepanjang sekitar 29 kilometer dengan arah umum Barat-Timur. Ia memotong batuan vulkanik berumur muda (Kuarter).

Lokasi Geografis: Memanjang dari daerah Padalarang di bagian barat, melintasi Lembang, Cisarua, Parongpong, Cibodas, Maribaya, hingga ke daerah Jatinangor di bagian timur.

Beberapa lokasi wisata terkenal seperti Gunung Batu Lembang dan Tebing Keraton merupakan manifestasi geologi dari keberadaan sesar ini.

Jenis Sesar: Awalnya terbentuk sebagai sesar turun (normal fault), namun dalam perkembangannya kini lebih banyak menunjukkan karakteristik sebagai sesar mendatar dengan komponen gerak sinistral (geser kiri).

Pergerakan sesar ini tercatat antara 0,2 hingga 2,5 milimeter per tahun, bahkan beberapa kajian menyebutkan laju pergeseran bisa mencapai 5,0 mm/tahun.

Potensi Gempa: Para ahli memperkirakan Sesar Lembang berpotensi menghasilkan gempa bumi dengan magnitudo yang cukup besar, berkisar antara M 6,5 hingga M 7,0 (ada juga yang menyebut hingga 6,8 SR).

Periode ulang gempa besar diperkirakan sekitar 170 hingga 670 tahun.

Berdasarkan studi paleoseismologi, Sesar Lembang terakhir melepaskan energi besar sekitar tahun 1600-an.

Gempa di Bandung Barat

Koordinator Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami, PVMBG, Supartoyo mengatakan, Sesar Lembang memang tergolong sebagai sesar aktif di Jawa Barat, salah satu keaktifannya pernah terjadi gempa yang sifatnya merusak.

"Artinya, ada korban jiwa dan ada kerusakan bangunan, antara lain di katalog gempa bumi PVMBG, pernah terjadi tahun 2005, kemudian 2009 di Kampung Muril (KBB), meskipun kekuatannya di bawah 5 magnitudo," ujarnya saat dihubungi, Kamis (24/7/2025).

Artinya dengan bukti tersebut, kata dia, bahwa Sesar Lembang ini memang tergolong sebagai sesar aktif.

Sehingga peningkatan kapasitas pemerintah kabupaten/kota yang berpotensi terdampak harus ditingkatkan.

"Mungkin nanti kami pasti koordinasi dengan BPBD, kita sudah punya data peta kawasan rawan bencana gempa bumi, data aktivitas sesar lembang, dan data katalog gempa bumi," kata Suparyoto.

Ia mengatakan, nantinya semua data tersebut akan disampaikan ke pemerintah daerah di Bandung Raya supaya bisa menjadi acuan referensi untuk melakukan mitigasi dan menetapkan tata ruang.

Selain itu, kata dia, pemerintah daerah di Bandung Raya juga harus membuat rencana kontigensi untuk mitigasi gempa bumi tersebut.

Untuk melakukan upaya itu, data-data dari PVMBG tentunya bisa digunakan.

"Termasuk Kota Bandung karena wilayah yang mungkin berpotensi terdampak guncangan. Kalau KBB, Cimahi, dan Kabupaten Bandung itu sangat berpotensi karena notabene dilalui garis atau zona Sesar Lembang," ucapnya.

Atas hal tersebut, kata dia, semua wilayah itu harus melakukan mitigasi bencana seperti simulasi, terutama di sekolah, kantor swasta, termasuk kantor pemerintah yang memiliki gedung-gedung tinggi atau bertingkat.

"Jadi kalau untuk antisipasi efek guncangannya, ya itu tadi, katakanlah pada sekolah-sekolah terutama yang gedungnya bertingkat harus sering-sering melakukan simulasi," kata Suparyoto.

Gedung-gedung tinggi tersebut, kata dia, tentu harus memiliki jalur evakuasi dan titik kumpul agar ketika terjadi gempa, mereka bisa selamat dari reruntuhan bangunan.

"Jangan sampai nanti, misalnya sekolah bertingkat di atasnya ada 10 kelas tapi tangga turunnya hanya satu. Nah ini kan kalau gak dilatih dan harus ditentukan juga untuk tempat evakuasinya, nanti jadi panik," ucapnya.

Ia mengatakan, gedung-gedung bertingkat itu harus memiliki penanggungjawab di setiap lantai yang nantinya bertugas untuk mengarahkan ke jalur evakuasi dan titik kumpul ketika terjadi guncangan gempa bumi.

"Jadi nanti kalau terjadi gempa, mereka akan mengikuti penanggungjawab tadi kemana tempat evakuasi. Itu harus dilatih kalau enggak dilatih malah menjadi bencana saya kira," ujar Suparyoto.(*)

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Hilman Kamaludin

 

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved