Sekolah Terpencil di Pelosok Rongga

Akses ke MI Cangkuang Bandung Barat Mengerikan, Setiap Jengkal Tak Lepas Menyebut Nama Tuhan

Jalan menuju Madrasah Ibtidaiyah Cangkuang, Rongga, KBB sangat mengerikan.Tak ada sejengkalpun yang kami lalui tanpa menyebut nama Tuhan...

|
Penulis: Arief Permadi | Editor: Arief Permadi
TRIBUN JABAR
Seorang murid MI Cangkuang, Rongga, KBB tersenyum. Ia selalu gembira meski sekolahnya berada di pesolosok yang sulit dijangkau. 

“Semoga tas ini bisa menemani perjalanan para penerima dalam menggapai impian mereka, serta membuka pandangan akan dunia yang lebih luas dari apa yang biasa mereka temui setiap hari,” harap Agnes.

Agnes Lukito, Head Division Eiger Women & Junior, serahkan bantuan di MI Cangkuang, Rongga Kabupaten Bandung Barat,
Agnes Lukito, Head Division Eiger Women & Junior, serahkan bantuan di MI Cangkuang, Rongga Kabupaten Bandung Barat, (TRIBUN JABAR)

Selalu Semangat
Sekalipun harus menempuh jalan hutan yang buruk, semangat murid-murid di Langkob selalu menyala. Sebagian besar sudah berdatangan pagi-pagi sekali dengan berjalan kaki. Sebagian lagi yang rumahnya lebih jauh datang diantar orang tuanya menggunakan sepeda motor.

"Dari rumah berangkat enam pagi. Sampai di sekolah jam setengah tujuhan," ujar Farhan Ramdani (11), murid kelas 5.

Seperti halnya Farhan, Ibnu Firmansyah (9), murid kelas 2 juga mengaku berangkat dari rumah pukul enam pagi. 

"Dari rumah ke sekolah paling setengah jam," ujarnya. 

Selain warga Kampung Langkob, sebagian murid MI Cangkuang juga tinggal di Ciawitali. Ciawitali adalah kampung terujung yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Cianjur. 

Berjalan kaki dari Ciawitali ke MI Cangkuang perlu sekitar satu setengah jam. Kebanyakan murid dari Ciawitali diantar orangtuanya menggunakan sepeda motor.

"Dari rumah berangkat jam setengah enam, sampai di sekolah sekitar jam setengah tujuh," ujar Ridwan Gungun (10), murid kelas tiga asal Ciawitali.

Anak-anak MI Cangkuang, Kecamatan Rongga, KBB, kembali menyusuri jalan hutan saat pulang sekolah.
Anak-anak MI Cangkuang, Kecamatan Rongga, KBB, kembali menyusuri jalan hutan saat pulang sekolah. (TRIBUN JABAR)

Separuh Pengabdian
Tak hanya murid-murid, para guru di MI Cangkuang juga harus berjuang untuk sampai ke sekolah. 

Rumah Kepala MI Cangkuang, Asep, bahkan berada di Desa Cicadas, sekitar 16 kilometer dari Langkob. Berangkat pukul enam pagi, perlu satu setengah jam untuk sampai ke sekolah. 

Jika kondisi hujan, perjalanan bisa jauh lebih lama lagi. Tak jarang, Asep bahkan tak bisa melanjutkan perjalanan karena tak sanggup melalap Terusan Cicadas Cijalengka yang licin, berbatu, dan terjal, penuh lumpur.

Hal serupa diungkapkan Gungun Gunawan (43), adik Asep, yang juga mengajar di MI Cangkuang. Setiap hari dari rumahnya di Desa Cicadas Gungun menuju sekolah mengendarai Yamaha NX.

"Jujur, kadang suka juga menangis dalam hati saat menyusur jalan tanah berbatu yang membelah hutan menuju sekolah. Tapi, selalu semangat lagi saat ingat di madrasah murid-murid sudah menunggu," ujarnya.

Pengabdian
Gungun Gunawan, guru MI Cangkuang, Rongga, KBB. Sudah 21 tahun mengabdi di MI Cangkuang.

Selain Gungun dan kakaknya, lima guru lainnya yang kini mengajar di MI Cangkuang masih berstatus honorer. Rata-rata sudah mengajar lebih dari 15 tahun. Gungun bahkan sudah 21 tahun.

"Saya mengajar di sini sejak 2004. Diajak Kang Asep," ujarnya.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved