Sekolah Terpencil di Pelosok Rongga
Akses ke MI Cangkuang Bandung Barat Mengerikan, Setiap Jengkal Tak Lepas Menyebut Nama Tuhan
Jalan menuju Madrasah Ibtidaiyah Cangkuang, Rongga, KBB sangat mengerikan.Tak ada sejengkalpun yang kami lalui tanpa menyebut nama Tuhan...
Penulis: Arief Permadi | Editor: Arief Permadi
Bagaimana mungkin ada dua rombel dan dua guru yang mengajar dua matapelajaran berbeda pada saat yang bersamaan di satu kelas? Bagaimana mereka bisa begitu tabahnya?
Selain dinding bangunannya yang retak dan langit-langitnya yang bolong di sana-sini, tak satu kelas pun di sekolah ini yang dilengkapi lampu atau setop kontak listrik. Saat cuaca mendung, kelas menjadi sedikit gelap.
Ini mencemaskan. Terlebih Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Cisokan yang kini tengah dibangun, hanya berada beberapa kilometer saja dari MI Cangkuang. Kabarnya, PLTA ini akan mulai beroperasi 2026 atau 2027 nanti. Apa kata dunia ada sekolah yang masih tak teraliri listrik, padahal di dekatnya ada PLTA yang mampu menghasilkan daya 1.040 mega watt.
Hadiah Tas
Asep mengatakan, saat ini ada 71 murid yang sekolah di madrasah yang sudah terakreditasi B ini. Sebanyak 36 di antaranya murid laki-laki. Sisanya perempuan.
"Tahun ajaran baru ini sudah 12 orang yang mendaftar. Katanya dari Ciawitali masih ada yang mau mendaftar. Mudah-mudahan terus bertambah," ujar Ai Misfalah (46), guru kelas 4.
Meski sekolahnya berada di daerah terpencil yang akses jalannya sulit dan berbahaya, murid-murid mengaku betah bersekolah di Madrasah Ibtidaiyah Cangkuang.
Paras mereka semringah saat menerima kami datang. Terlebih saat tahu bahwa yang datang tak cuma wartawan, tapi juga rombongan dari Eger Junior yang hari itu membawa puluhan tas sekolah Eiger untuk mereka.
Mata mereka berbinar saat melihat beberapa kru Eiger Junior membawa dus besar yang berisi puluhan tas sekolah.
"Dapat tas lagi," bisik mereka gembira.
Belakangan saya tahu, ini bukan kali pertama Eiger Junior datang ke MI Campaka dan mengantarkan sendiri tas-tas sekolah untuk murid-murid di sana.
Tahun lalu, mereka juga melakukan hal yang sama. Bedanya, dulu Agnes Lukito, Head Division Eiger Women & Junior tak ikut serta dalam distribusi.
Kali ini, pengusaha cantik dan modis itu ikut mengantarkannya ke lokasi. Bertaruh nyawa, terguncang-guncang, menyusur jalan hutan yang ekstrem sambil memegang erat pundak pengojek yang mengantarnya sampai ke madrasah.
Seperti tak ada takut-takutnya, ia tersenyum-senyum saja saat akhirnya tiba di madrasah. Padahal, Galih Donikara, pendaki senior yang saat itu juga ikut ke Langkob, begitu repotnya untuk sampai ke sana. Parasnya pucat pasi saat ojek yang mengantarnya tiba. Ia tersenyum juga, tapi tak selepas Agnes.

Tahun ini Eiger Junior membagikan 2.000 tas sekolah berisi berbagai perlengkapan sekolah ke sejumlah sekolah yang berada di berbagai pelosok daerah di Indonesia.
Setelah sekolah-sekolah di pelosok Jawa Barat, mereka menuju Kepulauan Mentawai, menjejakkan kaki di Pedalaman Sulawesi Tengah, dan berlanjut ke Pelosok Halmahera Tengah, hingga akhirnya tiba di Pulau Seram, Maluku.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.