Gizi yang Terkikis Karat, Ini Bahaya Menggunakan Nampan Logam untuk Makanan
nampan logam yang digunakan ternyata bukanlah jenis yang aman untuk makanan.
Penulis: Nappisah | Editor: Siti Fatimah
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Nappisah
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digadang-gadang sebagai harapan baru bagi kesehatan anak-anak, kini menghadapi ancaman tak terduga.
Bukan soal menu atau kandungan gizi, tetapi soal nampan tempat makanan disajikan peralatan sederhana yang luput dari perhatian, namun bisa membawa risiko besar.
Di sejumlah sekolah, nampan logam yang digunakan ternyata bukanlah jenis yang aman untuk makanan.
Beberapa mulai berkarat hanya dalam hitungan bulan, bahkan ditemukan kandungan logam berat di atas ambang batas.
Iskandar Sitorus, Sekretaris Pendiri Indonesian Audit Watch (IAW), mengatakan, sebagian nampan bukan berbahan baja tahan karat food grade, tapi dari logam KW dan besi daur ulang.
Baca juga: Ketahui Manfaat Air Minum Alkali untuk Kesehatan Tubuh
"Kalau karat ini ikut termakan, maka gizi berubah jadi racun,” ujarnya, Sabtu (28/6/2025).
Menurutnya, nampan makanan semestinya terbuat dari material khusus seperti SUS 304 baja tahan karat yang aman terhadap panas dan asam.
Tapi di lapangan, pihaknya menemukan banyak nampan tanpa label standar, tanpa QR code, bahkan diduga dibuat dari drum bekas industri kimia. Kualitas yang buruk ini diperparah dengan minimnya pengawasan dalam proses pengadaan.
Dia mencontohkan, uji laboratorium yang dilakukan BPOM Jawa Tengah pada Maret 2024 mengungkap bahwa dari 100 nampan yang diuji di Semarang dan Boyolali, 65 di antaranya tidak lolos uji logam berat.
Beberapa mengandung timbal dalam kadar yang mengkhawatirkan. Bahkan, dalam dua bulan pemakaian, karat sudah tampak di permukaan.
Seharusnya, kata Iskandar, regulasi ketat bisa menjadi tameng. UU Pangan No. 18 Tahun 2012 dan Peraturan BPOM No. 20 Tahun 2023 sudah dengan tegas menyebutkan batas aman logam berat dalam alat makan.
Standar SNI ISO 8442:2017 pun mengatur bahan dan komposisi alat makan stainless steel. Namun, lemahnya kontrol dan pengawasan membuka celah bagi pelanggaran.
“Tray yang sesuai standar punya QR code, nomor batch, dan sertifikat. Tapi yang KW, cepat berkarat, tidak ada dokumen, dan hanya dipoles mengilap agar tampak baru. Ini bukan sekadar kelalaian, ini bisa jadi korupsi,” kata Iskandar.
Modus pengadaannya pun cukup kompleks. Ada yang berasal dari impor murah dari China dan India, diberi label palsu sebagai SUS 304 padahal hanya SUS 201.
Anggota DPRD Jabar M Lillah Sahrul Mubarok Apresiasi Pemprov Siapkan Program Beasiswa Santri |
![]() |
---|
Anggota DPRD Jabar Lillah Sahrul Mubarok: Teknis Program Beasiswa Santri Diserahkan ke Kemenag |
![]() |
---|
Anggota DPRD Jabar Aten Munajat Sebut Beasiswa Santri Bagus, tapi Pesantren Harus Tetap Didukung |
![]() |
---|
Perkuat Pendidikan Karakter, Disdik Jabar Teken MoU dengan Self Learning Institute |
![]() |
---|
Dukung MBG, Pemkot Bandung Buka Peluang Pemanfaatan Lahan Pemerintah untuk SPPG |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.