Stimulus Pemerintah untuk Daya Beli Dinilai Positif, Pengamat: Asal Harga Tak Ikut Naik

Acuviarta menilai, meskipun stimulus ini dapat mendorong konsumsi rumah tangga, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih jauh dari angka ideal

Penulis: Nappisah | Editor: Muhamad Syarif Abdussalam
dokumen pribadi
Pengamat Ekonomi Unpas Acuviarta Kartabi di DPRD Jabar. 

Acuviarta menilai, meskipun stimulus ini dapat mendorong konsumsi rumah tangga, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih jauh dari angka ideal seperti 8 persen. Ia memprediksi pertumbuhan ekonomi realistis hanya berada di kisaran 5 hingga 5,5 persen.

“Saya tidak bicara 6 persen, apalagi 8 persen. Itu jauh. Pertumbuhan 5 sampai 5,5 persen saja sudah bagus,” tegasnya.

Ia menambahkan bahwa masih ada tantangan global, seperti efek kebijakan proteksionisme dari Donald Trump di Amerika Serikat, yang dapat mengganggu ekspor Indonesia.

“Kalau ekspor kita anjlok akibat tarif impor AS yang tinggi, maka pertumbuhan bisa terhambat. Sekarang kita fokus ke konsumsi domestik, tapi jangan lupakan ekspor dan investasi,” katanya.

Menurut Acuviarta, insentif akan efektif hanya jika tidak dibarengi dengan lonjakan harga kebutuhan pokok. 

Ia mendorong pemerintah untuk menjaga inflasi tetap terkendali.

“Subsidi dan diskon boleh, tapi jangan sampai inflasi tinggi. Yang ada bukan dorong ekonomi, malah stagnan,” katanya.

 Ia juga menekankan pentingnya peningkatan produktivitas dan daya saing sektor usaha agar subsidi tidak sekadar jadi penyangga sesaat, tetapi turut menggerakkan ekonomi jangka panjang. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved