Waspadai Penyakit Sejak Dini: Pentingnya Medical Check-up dan Pemeriksaan Laboratorium Rutin
Salah satu langkah penting yang sering diabaikan masyarakat adalah pemeriksaan kesehatan rutin atau medical check-up (MCU).
Penulis: Nappisah | Editor: Siti Fatimah
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Nappisah
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Hidup sehat bukan hanya tentang pola makan dan olahraga teratur. Salah satu langkah penting yang sering diabaikan masyarakat adalah pemeriksaan kesehatan rutin atau medical check-up (MCU).
Menurut dr. Nuri Dzulfiani, Sp.PK, Dokter Spesialis Patologi Klinik dari Santosa Hospital Bandung Kopo, MCU merupakan investasi penting dalam menjaga kualitas hidup.
“Medical check-up adalah serangkaian pemeriksaan kesehatan yang dilakukan untuk memantau kondisi tubuh secara menyeluruh. Ini bertujuan mendeteksi adanya penyakit yang belum menunjukkan gejala,” ungkap dr. Nuri kepada Tribunjabar.id, Jumat (16/5/2025).
MCU memungkinkan seseorang mengetahui kondisi kesehatannya sejak dini, termasuk penyakit yang sering kali datang diam-diam seperti diabetes, kolesterol tinggi, dan penyakit jantung.
Salah satu komponen penting dalam MCU adalah pemeriksaan laboratorium. Lewat pemeriksaan darah atau urine, dokter bisa mendapatkan informasi objektif tentang kondisi tubuh seseorang.
“Misalnya, kadar glukosa darah untuk mendeteksi diabetes, atau kolesterol untuk menilai risiko penyakit jantung,” jelasnya.
Pemeriksaan fungsi organ penting seperti ginjal dan hati juga dilakukan melalui parameter laboratorium seperti ureum, kreatinin, Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT) dan Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT) yang merupakan enzim diproduksi oleh hati dan berfungsi dalam metabolisme protein.
Informasi dari laboratorium ini tak hanya berguna untuk diagnosis awal, tetapi juga untuk mengevaluasi pengobatan dan merancang terapi yang tepat. Maka, penting bagi masyarakat untuk tidak menganggap enteng hasil lab meski belum merasakan keluhan apa pun.
dr. Nuri menjelaskan, pemeriksaan laboratorium mampu mengungkap berbagai indikator penting, antara lain: darah lengkap untuk mendeteksi anemia, infeksi, atau kelainan darah, glukosa darah untuk risiko diabetes, fungsi ginjal lewat ureum dan kreatinin, fungsi hati melalui SGOT, SGPT, dan bilirubin, profil lemak darah untuk risiko jantung, hingga urinalisis untuk deteksi infeksi saluran kemih.
“Hasil dari pemeriksaan ini sangat membantu untuk memetakan kondisi tubuh kita secara menyeluruh,” tambah dr. Nuri.
Sebagai informasi, MCU terbagi menjadi dua kategori utama: MCU dasar dan lanjutan. MCU dasar biasanya meliputi pemeriksaan fisik umum, darah lengkap, glukosa, fungsi hati dan ginjal, profil lipid, urine, rontgen dada, EKG, hingga konsultasi dokter.
Sementara itu, MCU lanjutan disarankan bagi individu usia di atas 40 tahun atau mereka yang memiliki faktor risiko seperti hipertensi, diabetes, atau riwayat penyakit keluarga.
"Pemeriksaannya lebih menyeluruh, termasuk tes penanda tumor, fungsi tiroid, hepatitis, pemeriksaan jantung lanjutan, hingga pemeriksaan USG, CT scan, MRI, Pap smear, dan mammografi untuk wanita," jelasnya.
Menurut dr. Nuri, frekuensi MCU idealnya disesuaikan dengan usia dan kondisi kesehatan. Usia 18–30 tahun: MCU dasar setiap 2–3 tahun sekali.
Usia 31–40 tahun: Setiap 1–2 tahun sekali. Usia 40 tahun ke atas: Rutin setiap tahun dan usia 60 tahun ke atas: Lebih intensif untuk deteksi penyakit degeneratif.
“Bila seseorang memiliki faktor risiko atau riwayat penyakit, maka MCU sebaiknya dilakukan lebih sering, tergantung saran dokter,” katanya.
Lewat pemeriksaan laboratorium rutin, banyak penyakit kronis yang bisa dideteksi lebih awal. Di antaranya: diabetes melalui glukosa darah dan HbA1c, kolesterol tinggi (dislipidemia) melalui profil lipid, anemia dan kelainan darah dari darah lengkap, gangguan ginjal dan hati melalui ureum, kreatinin, SGOT, SGPT, infeksi atau peradangan lewat leukosit, laju endap darah (LED), CRP.
“Dengan deteksi dini, kita bisa mencegah komplikasi yang lebih berat,” ujarnya.
Agar hasil MCU akurat, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
“Pasien disarankan puasa 8–12 jam sebelumnya, cukup tidur, hindari olahraga berat, merokok, dan alkohol sebelum pemeriksaan,” terang dr. Nuri.
Bagi wanita, sebaiknya hindari waktu menstruasi karena bisa memengaruhi hasil pemeriksaan urine. Pasien juga perlu membawa informasi tentang riwayat penyakit pribadi dan keluarga.
Beberapa orang mungkin khawatir akan risiko dari pemeriksaan lab. Namun, dr. Nuri menegaskan bahwa efek sampingnya sangat minim.
“Hanya rasa nyeri ringan atau memar di lokasi pengambilan darah, yang umumnya akan hilang dengan sendirinya,” jelasnya.
Perkembangan teknologi juga merambah dunia laboratorium. Pemeriksaan genetik dan molekular kini mulai banyak digunakan untuk mendeteksi risiko kanker dan penyakit bawaan. Ada pula digital pathology dan tele-laboratorium yang memungkinkan dokter membaca hasil lab dari jarak jauh.
“Pemeriksaan point-of-care seperti tes glukosa mandiri di rumah juga semakin mudah diakses masyarakat,” kata dr. Nuri.
Bahkan teknologi berbasis artificial intelligence kini turut membantu menganalisis hasil pemeriksaan secara lebih cepat dan akurat.
Namun, dr. Nuri tetap menekankan bahwa hasil pemeriksaan, sekecil apa pun, harus dikonsultasikan kepada dokter.
“Teknologi hanya alat bantu. Diagnosa dan penanganan tetap harus melalui dokter.”
Untuk masyarakat yang ingin melakukan MCU, Santosa Hospital Bandung Kopo menyediakan layanan setiap: Senin–Jumat: 08.00 – 15.00 WIB dan Sabtu: 08.00 – 13.00 WIB.
Laksanakan Reses, Anggota DPRD Jabar Hasim Adnan Serap Aspirasi Masyarakat di Warungdoyong Sukabumi |
![]() |
---|
Asri Menyapa dari KG Media Edukasi Sekolah di Bandung Soal Isu Berkelanjutan |
![]() |
---|
Premium SUV untuk Keluarga, Ini Spesifikasi dan Fitur Mitsubishi Destinator |
![]() |
---|
Universitas Widyatama Tawarkan Beragam Beasiswa, dari Afirmasi hingga Influencer |
![]() |
---|
Anggota DPRD Jabar Edukasi Beras Oplosan hingga Bagikan Sembako Murah di Parongpong Bandung Barat |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.