Liputan Khusus Tribun Jabar
Makam-makam Mister X di Sumedang, Satu Kuburan Rp 200 Ribu
Di antara rimbunnya pepohonan Bukit Palasari, Sumedang, bersemayam jasad-jasad tanpa nama. Beberapa nisannya masih terlihat. Mayoritas sudah hilang.
Penulis: Seli Andina Miranti | Editor: Arief Permadi
Makam-makam tersebut berada di antara pepohonan liar dan ladang warga di kaki Bukit Palasari. Kondisinya menyedihkan. Hanya makam Mister X baru yang terlihat, sisanya tertutup rumput liar hingga semak yang tumbuh tinggi sepaha orang dewasa. Masna mengatakan, jumlah makam Mister X tak terhitung.
"Ini semua makam Mister X, cuma, ya, gitu, tidak terlihat da ketutupan daun," ujar Masna.
Penggali kubur lainnya, Agus Suherlan (52), mengakui makam-makam Mister X tak terawat. Menurutnya, tak ada yang memperhatikan makam tanpa nama tersebut.
"Kondisinya sekarang barala (kotor), tidak ada yang mengurusnya," ujar Agus Suherlan.
Sejumlah makam Mister X bahkan seolah hilang karena nisan yang awalnya sudah dipasang, lapuk lalu rusak, meninggalkan tanah yang rata. Nisan Mister X tak sama dengan nisan makam-makam pada umumnya.
Bila pada umumnya dalam nisan dicantumkan nama jenazah, tanggal lahir dan tanggal kematian, makan dalam nisan Mister X hanya dicantumkan "MR. X" dan alamat tempat ditemukannya jasad tersebut, contohnya: MR. X - TKP SMD UTARA.
Tak sedikit Mister X yang makamnya hanya ditandai dengan batu sebagai nisan, sehingga dengan mudah tertimbun dan tertutup rerumputan.
Agus Suherlan mengatakan, para penggali makam pun kesulitan membersihkan makam-makam Mister X karena ketiadaan biaya.
"Kalau bebersih makam itu membutuhkan waktu dan tenaga, sementara kan itu tidak dibayar. Saya dan yang lain juga perlu makan, jadi setiap hari tak hanya menggali makam, tetapi juga ngabecak (jadi tukang becak). Jadi tidak ada yang bebersih," ujar Agus.
Tak Memikirkan Bayaran
Tak hanya itu, Agus Suherlan pun mengungkapkan, dirinya dan penggali kubur lainnya tak pernah memikirkan bayaran untuk penggalian kubur Mister X. Terkadang dirinya dan penggali kubur lain mendapatkan bayaran Rp 200 ribu – Rp 300 ribu yang harus mereka bagi rata.
“Itu kan bukan per orang dapat segitu, tapi dibagi kita berapa orang yang bekerja, kadang 5-6 kadang lebih. Kan kalau tukang gali kubur dibayar seikhlasnya. Kalau untuk liang kubur Mister X lebih tidak mau memikirkan biaya lagi, dapat kurang dari itu pun tidak apa-apa. Mikirkan nasib mayatnya saja sudah kasihan,” ujar Agus Suherlan.
Bukan hanya tak ada yang mengurus, makam Mister X pun hampir tak pernah ada yang mengunjungi. Para penggali kubur hanya mendatangi lokasi makam saat ada jasad yang akan dikuburkan. Permintaan menguburkan Mister X biasanya datang dari RSUD Umar Wirahadikusumah, Sumedang.
"Kalau ada info dari rumah sakit, ada yang meninggal Mister X, dibawa ke sini," ujar Agus Suherlan tanpa menjelaskan apakah mayat-mayat itu dibawa dengan mobil jenazah atau dengan kendaraan lain.

Agus Suherlan mengatakan, jarang yang mencari makam-makam tanpa nama tersebut. Sekalipun ada, maka akan sulit mendapatkan hasil, mengingat makam-makam tersebut dalam kondisi yang sulit dikenali dan mayat yang dikubur tak memiliki identitas.
"Kadang ada yang mencari," ujar Agus.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.