Repatriasi WNI Eks ISIS, Mereka Berhak Dapat Kesempatan Kedua? Ini Kata Pengamat Teroris

Lewat film dokumenter yang dibuatnya tahun 2017 lalu, ia ingin menyampaikan pesan soal kesempatan kedua yang layak diberikan kepada WNI eks ISIS.

Editor: Siti Fatimah
istimewa
BEDAH BUKU - Direktur Kreasi Prasasti Perdamaian Noor Huda Ismail (kedua dari kiri) saat hadir pada acara Bedah Buku "Anak Negeri di Pusaran Konflik Suriah" dan Pemutaran Film Dokumenter "Road to Resilience" di Auditorium Pascasarjana Unpad Jatinangor, Sumedang, Kamis (13/3/2025). 

Febri menuturkan, kepergiannya ke Suriah bukanlah tanpa alasan. Pergulatan hatinya membawa Febri akhirnya pergi menemui ibunya di negara berkonflik itu.

"Waktu itu, kondisinya di Indonesia gak ada siapa-siapa. Karena ibu ikut sama kakak ke Suriah," ucap Febri.

Karena ingin berbakti kepada orangtua, Febri ingin lebih dekat dengan ibunya. Dia pun terbang ke Suriah dengan segala ancaman yang diterimanya.

"Karena saya merasa durhaka sama ibu, akhirnya mau nyusulin ke Suriah. Ibu segalanya, dia wanita hebat," tuturnya.

Setibanya di Indonesia, Febri dan ibunya mulai menata hidup. Selama setahun keduanya mengisolasi diri dan tidak berkomunikasi dengan keluarga besar.

Ketakutannya akan stigma buruk dari keluarga, membuat ibu dan anak itu berjuang sendirian.

Produser Film to Resilience, Ani Ema Susanti mengaku, butuh waktu 7 tahun untuk tim memproduksi film dokumenter ini.

Dari kacamata mantan pekerja migran, Ani cukup terkejut saat mengetahui kenekatan Febri pergi ke Suriah.

"Kami mendokumentasikan repatriasi Febri dan keluarga, bagaimana cara mereka bisa pulang dari camp di Suriah," ujar Ani.

Pakar Komunikasi Unpad, Ari Agung Prastowo mengatakan,  perlu komunikasi yang baik dalam menyampaikan edukasi kepada masyarakat luas.

Terlebih, terorisme menjadi isu sensitif di Indonesia.

"Film ini tepat, pesannya tersampaikan. Resiliensi komunikasi, menghadapi tekanan komunikasi yang ada," ucapnya.

Menurut Ari, dalam film terjadi kegagalan komunikasi pada Febri yang tidak mampu menyampaikan alasannya pergi ke Suriah.

"Ini terjadi kegagalan komunikasi, berangkat ke Suriah bukan karena permasalahan ideologi. Meyakinkan bahwa mereka pergi bukan semata-mata ideologi, tetapi pergi karena tanggungjawab (keluarga)," ungkap dosen di Fikom Unpad itu. 

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved