Kisah Sukses Teni, Berawal dari Modal Rp 25 Ribu, Kini Punya Aset Miliaran Rupiah di Sumedang

Namun, siapa sangka ikan cupang membawa berkah. Dengan berjualan ikan cupang itu, ekonominya merangkak naik.

Penulis: Kiki Andriana | Editor: Giri
Tribun Jabar/Kiki Andriana
DI TOKO - Teni Hartono dan istrinya, Eli Sundawati, saat ditemui di tokonya, di Jalan Raya Sumedang-Bandung, di wilayah Desa Jatisari, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Sumedang, Kamis (27/2/2025) malam.  

Laporan Kontributor TribunJabar.id Sumedang, Kiki Andriana

TRIBUNJABAR.ID, SUMEDANG - Teni Hartono (47) dan istrinya, Eli Sundawati (47), tidak punya angan-angan muluk. Sebagai sesama lulusan SMP, keduanya hanya tahu dengan ulet bekerja ditambah kepasrahan kepada Allah SWT, nasibnya akan berubah.

Sejak berpacaran, keduanya sudah saling dukung. Teni yang penjual ikan cupang di Alun-alun Tanjungsari, tetap mendapat support dari pacar yang kemudian jadi istrinya itu.

Ketika itu, pacar Teni merupakan buruh pabrik. 

Namun, siapa sangka ikan cupang membawa berkah. Dengan berjualan ikan cupang itu, ekonominya merangkak naik.

Kini, Teni dan istri sudah punya toko sendiri. Di toko itu, dijual ikan hias, ikan cupang, akuarium, perlengkapan memancing, hingga pakan burung, dan kucing. 

Toko itu terletak di Jalan Raya Sumedang-Bandung, tepatnya di wilayah Desa Jatisari, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Sumedang. Toko ini buka setiap hari kecuali Jumat, dari pagi hingga malam. 

Toko dan segala aset yang dimiliki Toni dan istri sekarang ini nilainya mencapai miliaran rupiah. Padahal, dahulu pada 1991, modal awal yang digunakan Teni hanya Rp 25 ribu. 

Baca juga: Sepanjang Ramadan 2025 Bupati Sumedang Bakal Tarawih Keliling, Sekalian Serap Aspirasi Rakyat

TribunJabar.id mengunjungi toko itu pada Kamis (27/2/2025) malam. Tampak berbagai macam ikan hias dipajang dengan akuarium. Ke toko itu, orang hilir-mudik berbelanja.

Ada yang unik saat Teni melayani pelanggannya. Setelah transaksi dilakukan, Teni selalu mengucapkan terima kasih dan doa kesehatan dan keselamatan untuk pembelinya. 

"Hatur nuhun, mudah-mudahan manfaat, sehat oge anu ngagaleuhna (terima kasih, mudah-mudahan barang yang dibelu berguna, dan pembelinya juga sehat)," katanya setiap setelah transaksi.

Toko ikan hias, peralatan pancing, dan pakan kucing ini di Tanjungsari terbilang yang paling lengkap. Tak heran jika banyak warga di Tanjungsari dan sekitarnya menuju ke tempat ini untuk berbelanja. 

Di toko itu, Teni sudah berjualan selama 10 tahun. Sebelumnya, dia berpindah-pindah tempat sewaan. Total, dia sudah berjualan ikan hias dan pernak-perniknya selama lebih dari 30 tahun.

Teni bujangan adalah penjual kolor keliling. Selepas SMP, dia sudah berjualan karena kebisaan itu turun dengan sendirinya dari ayahnya yang juga pedagang. 

Dia berjualan celana kolor keliling kampung, dengan terlebih dahulu berbelanja kolor di Pasar Baru. Sampai pada satu waktu ketika berbelanja, dia melihat orang berkerumun di sekitar Pasar Baru. 

Dikira menonton reak, ternyata orang-orang sedang mengadu ikan cupang. Dia masuk ke kerumunan itu dan obrolan pun terjadi dengan orang-orang pemain cupang itu. 

Baca juga: Jelang Ramadhan, Puluhan Preman di Sumedang Disapu Polisi, 1 Tertangkap Basah Bawa Pisau

"Saya tanya di mana ikan cupang belinya, orang bilang di Tegallega. Saya ke sana, uang Rp 25 ribu buat ongkos pulang, saya belikan cupang. Sampai di Tanjungsari, ikan itu saya jual, saya jajakan di Alun-alun Tanjungsari, dijual Rp 10 ribu per ekor. Habis semua. Saya dapat untung Rp 225 ribu (plus modal Rp 25 ribu), saya belanjakan lagi, terus-menerus begitu sampai uang banyak," kata Teten, sapaan akrab Teni. 

Tenang berjualan dengan keuntungan melimpah, Teni mulai merasakan omzetnya dari jualan ikan cupang menurun setelah lima tahun. Penurunan itu karena banyak saingan. Orang lain banyak uang mulai berjualan cupang. 

"Lalu saya mulai merambah ke ikan hias, alhamdulillah laku dan tidak ada saingan. Jadi dulu modalnya setengah ikan hias, setengah buat beli cupang. Itu sekitar tahun 1995, masih bujangan, pacaran," katanya.  

Aktivitas itu terus dilakukannya, usahanya terus berkembang hingga sekarang ini ozetnya paling sepi Rp 3 juta per hari. Bangunan toko pun kini punya sendiri, sebab selama mengontrak empat kali pindah, pemilik bangunan terus menaikkan harga sewanya.

Harga sewa mulai dari Rp 2 juta terus naik. Puncaknya ketika harga sewa Rp 20 juta per tahun, dia memutuskan bikin bangunan toko sendiri. 

Baca juga: Bupati Dony Ahmad Munir Imbau Tak Ada Sahur on the Road di Sumedang, Perintahkan Satpol PP Patroli

Dukungan istri

Eli Sundawati adalah istri yang setia mendukung, bagaimanapun kondisi Teni. Ketika pacaran dengan pria itu, Eli adalah karyawan pabrik. 

Menurut Eli, pertama kali dia bertemu Teni ketika dia sering mengunjungi lapak jualan bubur ayahnya di Alun-alun Tanjungsari. Teni sering mangkal jualan cupang di pinggir lapak ayahnya. 

"Ketemu dengan Kang Aten waktu kerja di Pabrik Kewalram, ayah saya jualan alun-alun. Enggak tahu mengapa jadi saling kenal, mungkin jodoh," kata Eli. 

Dia sama dengan Teni hanya lulusan SMP. Menurutnya, lulusan SMP sepertinya tidak ada keinginan apapun seperti yang dilakukan orang bertitel sarjana.

Baca juga: Tebarkan Kebahagiaan Jelang Ramadhan, PLN Sumedang Salurkan Bantuan untuk Guru Mengaji dan Yatim

"Pasrah tapi sambil berusaha, ingin mengubah nasib, jangan sampai anak-anak sama nasibnya," katanya.  

Eli mengaku sering direndahkan orang, begitu juga dengan suaminya. Namun, dia tidak pernah membalas rasa pedih itu. Dia hanya pasrah dan berdoa semoga nasib baik berpihak kepadanya. 

Kini, Teni dan Eli dikaruniai tiga anak. Mereka adalah Indra Khaerul Nur'farid (19), Syailla Nurul'azzahra (16), dan Arkha Maulana Yusuf (6). (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved