Kampung Cibunut Bandung: Mempertahankan Eksistensi Kawasan Bebas Sampah

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Nappisah

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Ketika pertama kali menginjakkan kaki di kawasan Cibunut, Kelurahan Kobon Pisang, Kecamatan Sumur, Kota Bandung perasaan takjub segera meliputi.

Jalan-jalan sempit yang membelah permukiman padat penduduk tersebut tampak bersih, bebas dari sampah yang biasanya berserakan di kawasan padat penduduk lainnya. 

Tribunjabar.id berkesempatan untuk mengunjungi kawasan tersebut pada Sabtu (30/11/2024).

Berdasarkan pantauan, tidak ada bau tak sedap, hanya udara segar yang melintas di antara rumah-rumah sederhana yang saling berdempetan. Ternyata, apa yang kini terlihat rapi dan teratur ini tidak selalu seperti ini.

Herman, Ketua RW 07 Cibunut mengenang bagaimana kampung yang dihuni sekitar 560 Kepala Keluarga (KK) ini dulunya adalah kawasan kumuh. 

"Dulu, Cibunut dikenal sebagai kawasan yang dipenuhi sampah," kata Herman. 

Namun, sejak tahun 2015, kesadaran warga untuk bersama-sama merubah wajah kampung mulai tumbuh. Mereka pun mulai berbenah, bukan hanya soal penataan lingkungan, tetapi juga bagaimana mengelola sampah secara mandiri.

Inovasi pertama yang dilakukan adalah dengan mendirikan Bank Sampah di RT 05 Cibunut. Di sana, setiap warga diajarkan untuk memilah sampah organik dan anorganik. 

Sampah organik, yang sebagian besar berupa sisa makanan, dimanfaatkan untuk dibuat pupuk melalui lubang biopori yang telah disediakan di setiap sudut kampung. 

Sementara itu, sampah anorganik seperti plastik, kertas, dan kaca, disortir dan dijual untuk didaur ulang atau diubah menjadi kerajinan tangan yang bisa dijadikan sumber pendapatan.

Keberadaan lubang biopori di setiap rumah menjadi salah satu solusi jitu dalam mengatasi masalah drainase. 

Meskipun gang-gang di kampung ini tergolong sempit, penyerapan air ketika hujan deras tak lagi menjadi masalah.

"Dengan adanya biopori, air hujan langsung terserap ke tanah, sehingga tidak ada lagi genangan yang mengganggu," ujar Herman.

Tidak hanya itu, petugas Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) juga rutin mengumpulkan sampah organik dari rumah-rumah warga setiap Senin, Rabu, dan Jumat. 

Setiap rumah di kampung ini pun kini sudah tidak lagi memproduksi sampah yang tidak terkelola. Sampah yang dihasilkan disalurkan langsung ke Bank Sampah atau dimanfaatkan untuk keperluan lainnya.

“Kami sudah mandiri dalam mengelola sampah, hanya residu saja yang kami serahkan kepada petugas DLH," tambah Herman.

Kesadaran akan pentingnya pengelolaan sampah juga diperkuat dengan berbagai kegiatan sosialisasi yang dilakukan secara terus-menerus. 

Mulai dari rapat warga, penyuluhan door-to-door, hingga memanfaatkan momentum pengajian sebagai sarana edukasi lingkungan. 

"Memang awalnya ada yang tidak setuju atau malas memilah sampah, tapi dengan pendekatan yang sabar, lama-lama mereka sadar. Bahkan, sanksi sosial dan administratif diterapkan jika ada yang tidak mematuhi aturan," jelasnya.

Kini, hasil dari kerja keras dan gotong royong tersebut telah membuahkan hasil. Kampung Cibunut tidak hanya dikenal sebagai kawasan bebas sampah, tetapi juga menjadi model bagi daerah lainnya yang ingin belajar tentang pengelolaan sampah.

Bahkan, para warga sering nongkrong di gang-gang itu. Pasalnya, keasrian lingkungan membuat warga nyaman berbaur meskipun berbincang di jalur sempit tersebut.

Daya Tarik Kawasan Cibunut, Didatangi Wisatawan Asing, Contoh Pengelolaan Lingkungan yang Mandiri

Kawasan Cibunut di Kota Bandung kini menarik perhatian, bukan hanya karena keindahan alamnya, tetapi juga karena keberhasilannya dalam mengelola sampah secara berkelanjutan. 

Setiap tahun, Cibunut sering dikunjungi oleh pelajar, mahasiswa, atau pengurus RW, bahkan sempat menerima kunjungan dari negara lain yang ingin mempelajari sistem pengelolaan sampah yang mereka terapkan.

Keberhasilan Cibunut dalam menjaga kebersihan lingkungan juga membuktikan bahwa perubahan besar dapat dimulai dari hal-hal kecil.

"Kami ingin kampung ini menjadi tempat yang layak huni bagi semua orang. Tidak hanya bersih, tetapi juga nyaman dan sehat," katanya. 

Dalam sebulan, kawasan tersebut mampu mereduksi sekira 5 ton sampah. 

Inovasi seperti program bank sampah, menjadi salah satu daya tarik utama bagi para pengunjung yang ingin mempelajari cara-cara efisien mengelola sampah. (*)