Hati-Hati Terjerat Pinjaman Online, Bisa Bahayakan Kesehatan Psikis
TRIBUNJABAR.ID - Fenomena pinjaman online yang makin marak terjadi akhir-akhir ini ternyata dapat berkaitan dengan kesejahteraan psikologis seseorang,
Penulis: Nappisah | Editor: bisnistribunjabar
Selain itu, gangguan kesehatan mental membuat lebih sulit mencari uang, mengatur dan membelanjakan uang serta untuk mencari pertolongan kesulitan keuangan.
dr. Vivy mengatakan mengelola stress disebabkan oleh utang pinjol diimbau untuk mendapat pertolongan profesional.
“Individu yang sudah mengalami stress dan gejala psikologis lainnya perlu mendapat pertolongan dari profesional kesehatan mental untuk meredakan gejala cemas, depresi, kesulitan tidur dan lainnya,” imbuhnya.
Bantuan profesional kesehatan mental diperlukan untuk mengatasi gejala-gejala kecemasan dan depresi yang mengganggu dan unutk memperbaiki kualitas hidup pasien.
“Pasien dapat memanfaatkan BPJS atau asuransi kesehatan lainnya sebagai pendukung biaya pengobatannya. Keluarga diperlukan ikut serta dalam sesi konsultasi untuk mendorong dan menemani dalam proses pemulihan psikologis ini. Biasanya keluarga juga sudah mulai terdampak mengalami ketegangan, misalnya harus membantu mencari cara melunasi hutang peminjam atau takut ada utang yang masih belum diungkapkan oleh peminjam, sehingga perlu bersama-sama bahu-membahu menghadapi persoalan ini,” tuturnya.
Kewajiban keuangan, lanjut dr. Vivy, yang menjadi akar masalah stress tersebut juga tetap perlu diselesaikan.
“Namun bila cara penagihan dari debitur dirasa mengintimidasi dapat dilaporkan pada pihak yang berwajib. Individu juga perlu merencanakan dan melakukan cara-cara pencegahan agar kejadian serupa tidak terulang, misalnya dengan memblokir atau membatasi akses-akses pinjaman online lainnya sehingga tidak tergoda untuk meminjam lagi dan akhirnya terjadi fenomena 'gali lubang, tutup lubang',” jelasnya.
Adapun langkah-langkah yang dapat diambil untuk menghindari pinjaman online yang merugikan, sebaiknya individu bijaksana untuk mempertimbangkan matang-matang sebelum melakukan pinjol.
“Apakah betul-betul dibutuhkan atau sekedar untuk hal-hal sekunder atau tersier saja. Memilih pinjol yang legal sehingga lebih realistis pembayarannya serta meminjam sesuai kemampuan pembayaran,” katanya.
Kemudian, mengalihkan kebiasaan meminjam menjadi menyisihkan uang sedikit demi sedikit, serta memeriksa kembali pos-pos pengeluaran apa yang seringkali 'bocor'.
dr. Vivy menegaskan jangan menjadikan pinjol sebagai solusi instan. Diupayakan melakukan dan mengajarkan budaya menabung sejak dini dan mencari wawasan edukasi pengelolaan keuangan yang baik.
Pasalnya, individu yang terjerat pinjol dapat mempengaruhi hubungan sosial dengan lingkungan di sekelilingnya. dr. Vivy menuturkan, orang tersebut bisa mengalami kesulitan konsentrasi, sehingga mempengaruhi performa dalam studi atau pekerjaannya.
“Relasi dengan keluarga juga dapat menjadi buruk karena persoalan utang yang berkepanjangan, dimana keluarga menjadi marah dan kehilangan kepercayaan kepada individu tersebut,” ujarnya.
Dengan demikian, pendidikan finansial sangat penting dilakukan mulai dari generasi muda.
“Kebiasaan menabung sejak dini, bagaimana membuat prioritas keuangan dan membuat pos-pos keuangan dan memilah aset. Bila sudah terbiasa sejak dini tentu akan membuat individu tidak mudah terjerat pinjol yang seringkali dijadikan solusi jalan pintas kesulitan keuangan di zaman ini,” ucapnya.
Era Digital dan Tekanan Sosial, Bagaimana Peran Orang Tua Mendampingi Remaja |
![]() |
---|
Era Digital dan Tekanan Sosial, Bagaimana Peran Orang Tua Mendampingi Remaja? |
![]() |
---|
Pinjol Ilegal Berbahaya, Fintech Resmi Galang Kerja Sama dengan OJK dan Satgas Waspada Investasi |
![]() |
---|
Santosa Hospital Bandung Central Edukasi Publik Lewat Seminar Jantung |
![]() |
---|
ASI Eksklusif 6 Bulan, Investasi Kesehatan dan Kecerdasan Anak Sejak Dini |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.