Prabowo Panggil Calon Menteri, Pengamat Nilai Ada 2 Kemungkinan: Sangat Disayangkan

Arlan menilai pemanggilan nama-nama itu dilakukan oleh Prabowo karena dia ingin melihat kompetensi dari mereka

Tangkap layar kanal YouTube NasDem TV
Presiden RI Terpilih Prabowo Subianto 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Hilman Kamaludin

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Pengamat politik dari Universitas Jenderal Ahmad Yani (Unjani), Arlan Siddha menilai ada dua kemungkinan terkait langkah presiden terpilih Prabowo Subianto yang memanggil calon menteri untuk mengisi kabinetnya.

Menurut Arlan, langkah Prabowo Subianto yang memanggil sejumlah nama untuk calon menteri tersebut bisa saja politis karena dukungan saat Pilpres dan yang kedua mereka memang kompeten untuk mengisi kabinet di pemerintahannya.

"Jadi menurut saya apa yang dilakukan Pak Prabowo hari ini tentunya dia ingin memastikan bahwa konteks pilihannya itu disesuaikan dengan situasi politik dan kemampuan perorangan," ujar Arlan saat dihubungi, Senin (14/10/2024).

Arlan menilai pemanggilan nama-nama itu dilakukan oleh Prabowo karena dia ingin melihat kompetensi dari mereka, sehingga mereka belum tentu masuk ke dalam kabinetnya, tapi paling tidak Prabowo sudah memiliki gambaran.

Baca juga: Bukan Gibran, Maruarar Sirait Ungkap 2 Sosok yang Temani Prabowo Subianto Seleksi Kandidat Menteri

"Tapi saya masih berpikir apa yang dilakukan oleh Pak Prabowo ini ada dua kemungkinan. Pertama memenuhi kuota politisnya dalam konteks dukungan ketika Pilpres kemarin dari partai poltik dan yang kedu memang Pak Prabowo mencoba membangun kabinet yang gemuk tapi diisi oleh orang-orang yang memiliki kompetensi sesuai," katanya.

Sementara terkait kabinet gemuk, kata Arlan, dilakukan Prabowo bisa saja disesuaikan dengan kebutuhan dan ada kemungkinan untuk memenuhi kuota politik yang memang beberapa partai politik tidak terakomodir untuk menjadi menteri.

"Jadi kalau kemudian arahnya untuk mengakomodir kepentingan politik yang mendukung pada saat itu saya pikir ini sebuah kesalahan besar ya. Tapi kalau memang disesuaikan dengan kebutuhan saya pikir oke dan tidak ada masalah," ucap Arlan.

Dia melihat dari kabinet yang sudah dibangun Presiden Joko Widodo juga sudah terlalu gemuk, sehingga seharusnya Prabowo tidak melakukan penggemukan di kabinet, tetapi harus mengefektifkan apa yang sudah dibangun oleh Jokowi.

"Tapi ini kan kembali lagi kepada kebutuhan bagaimana Pak Prabowo ini sebenarnya memang ingin membangun pemerintahannya," ujarnya.

Terkait adanya nama yang sebelumnya menjadi lawan politik Prabowo di Pilpres seperti Muhaimin Iskandar, Arlan menilai itu merupakan hal yang biasa dalam politik, tetapi pihaknya khawatir banyak nama-nama dari partai politik yang masuk ke pemerintahan Prabowo.

"Itu bisa agak sedikit melemahkan kontrol legislatif terhadap eksekutif karena partai politik terkunci oleh pemasangan kader-kadernya di kabinet," kata Arlan.

Arlan pun menyayangkan jika kabinet Prabowo terlalu gemuk karena akan banyak persoalan-persoalan baru yang bisa disederhanakan tapi pada akhirnya menjadi kompleksitas. Sebab, akan semakin banyak kementerian yang akan menyerap banyak APBN.

Baca juga: Beredar Nama-nama Kandidat Menteri Prabowo, Muzani Sebut Menteri Sekarang Ada yang Tetap Menjabat

"Mereka (kementerian) harus dibiayai karena punya program dan sebagainya ya. Saya pikir kalau itu terjadi sangat disayangkan," ujarnya.

Hal lain yang sangat disayangkan, kata Arlan, adanya beberapa partai yang sebelumnya menjadi lawan bisa bergabung, padahal seharusnya konsistensi ini dibangun untuk menguatkan pemerintahan melalui pengawasan pemerintah, bukan kemudian mereka jadi bergabung.

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved