Berita Viral
Viral, Kisah Guru Beragama Hindu Jadi Ketua Pembangunan Masjid, Ingin Tebus Dosa dengan Berbuat Baik
Inilah kisah seorang guru yang beragama Hindu ditunjuk menjadi ketua pembangunan masjid.
Penulis: Salma Dinda Regina | Editor: Salma Dinda Regina
Ia diangkat dan ditempatkan sebagai guru olahraga di SMP Ranggong Daeng Romo, Takalar.
Aktif di berbagai kegiatan sosial
Di Takalar, I Wayan Natha aktif berkegiatan sosial, mulai dari kebudayaan, olahraga hingga pegiat media.
Setahun setelah tiba di Takalar pada 1988, I Wayan Natha mendirikan Lipang Bajeng Boxing Club.
"Dulu tahun 87 di Takalar itu daerah Texas. Banyak tawuran. Banyak perkelahian antar sesama pemuda. Karena hal itu, saya menginisiasi membangun sarana tinju untuk mengakomodir bakat dan minat para pemuda," katanya.
I Wayan Natha mengadakan latihan rutin setiap pekannya.
Dan semua itu tanpa dipungut biaya.
"Banyak alumni-alumninya yang sekarang sudah berkarir di berbagai bidang. Ada yang jadi polisi, TNI angkatan laut, dan lebih banyak lagi yang lolos tes masuk kampus jalur prestasi," ungkapnya.
Kemudian di bidang kebudayaan, ia aktif menjaga dan melestarikan budaya.
Ia juga aktif menginisiasi pembangunan kembali bangunan-bangunan yang bernilai sejarah.
"Semua patung Karaeng Polongbangkeng saya yang pelihara, seperti yang di Makassar, di Ratulangi, saya yang pelihara," jelasnya.
"Saya termasuk salah satu yang memprakarsai dibangunnya Baruga Karaeng Polongbangkeng, tempat dilantiknya raja-raja," ungkapnya.
I Wayan Natha juga terlibat dalam penulisan buku tentang Padjonga Daeng Ngalle, pejuang kemerdekaan dari Kabupaten Takalar.
Bersama Tadjuddin Noer, I Wayan Natha menjadi editor penulisan buku ini.
Karna dedikasinya itu, Bupati Takalar Ibrahim Rewa, pada tahun 2008, memberinya gelar Daeng Nai sebagai bentuk penghargaan.
"Saya diberi gelar Daeng Nai oleh bupati, Pak Ibrahim Rewa atas petunjuk Karaeng Polongbangkeng," katanya.
"Saat itu beliau mengatakan sebagai bentuk penghargaan karna telah membantu melestarikan seni dan budaya di Takalar," tambahnya.
Di bidang sosial, ia diketahui mendirikan komunitas Laskar Lipang Bajeng Sakti.
Komunitas yang dibangunnya itu berjaring sampai ke desa-desa.
Giat yang dilakukan komunitas ini salah satunya adalah untuk mengumpulkan donasi.
"Kita punya komunitas Laskar Lipang Bajeng Sakti namanya. Ada 145 anggotanya yang tersebar sampai ke desa-desa," ungkapnya.
"Jadi kami biasa adakan pengumpulan donasi jika ada kejadian kebakaran, atau ada korban bencana," tambahnya.
Selain itu, komunitas ini juga pernah menginisiasi pengadaan bank sampah.
"Kami juga pernah lakukan pengadaan bank sampah, yang di mana itu berkontribusi pada raihan Adipura untuk kabupaten Takalar," pungkasnya.
Kemudian, sebagai pegiat media, I Wayan Natha melanjutkan pekerjaanya di Makassar sebagai loper koran di Takalar.
Ia menjadi agen koran lokal harian dan nasional.
"Saya Jadi agen koran Harian lokal dan nasional. Dari Tribun Timur, Fajar, Berita Kota, dan lain-lain," katanya.
Selain itu, dia juga mendirikan media sendiri.
"Saya punya koran cetak juga, yaitu Panrannuang pos dan media online Baruga," tambahnya.
Ingin menebus dosa
Lebih lanjut, ia mengungkapkan motivasinya menjadi penggiat sosial dan kebudayaan.
Ia mengatakan hal itu ada hubungannya dengen masa lalunya.
"Di Takalar saya sadar dan bertaubat," katanya.
"Saya orang nakal sekali dulu. Saya bertaubat. Saya menebus dosa-dosa saya dulu dengan cara begini, berbuat baik kepada sesama," tambahnya.
I Wayan Natha lalu menyampaikan pesan kepada para anak muda.
"Kepada anak muda, kita harus berkarya dan berbuat baik sebanyak-banyaknya, karna masih banyak masyarakat yang butuh dibantu," pesannya
"Dulu pahlawan kita mengorbankan nyawanya demi kemerdekaan, sekarang mari kita isi kemerdekaan itu," tutupnya.
(Tribunjabar.id/Salma Dinda) (Tribun-Timur.com/Makmur)
Baca berita Tribun Jabar lainnya di GoogleNews.
berita viral
Kabupaten Takalar
Sulawesi Selatan
ketua pembangunan masjid
I Wayan Natha Daeng Nai
Hindu
| Pengakuan Guru vs Siswa yang Jadi Korban Penamparan di Subang, Orang Tua Siswa Sempat Beri Ancaman |
|
|---|
| Kisah Nenek Aisah Terpaksa Menginap di Stasiun karena Ketinggalan Kereta, Uangnya Tinggal Rp 6.000 |
|
|---|
| Sosok Orang Tua Siswa yang Ngamuk Anaknya Ditampar Guru di Subang, Ternyata Konten Kreator |
|
|---|
| Sosok Guru Tampar Siswa di Subang hingga Diamuk Orang Tua, Ungkap Pengakuan |
|
|---|
| Dedi Mulyadi Respons Kasus Guru di Subang yang Viral Diamuk Orang Tua karena Tampar Anaknya |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jabar/foto/bank/originals/I-Wayan-Natha-Daeng-Nai.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.