Khutbah Jumat
Materi Khubah Jumat, 3 Bekal Penting di Tahun Baru Hijriah, Muhasabah, Hijrah, dan Istikomah
Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah. Khutbah Jumat.
Penulis: Kisdiantoro | Editor: Arief Permadi
Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.
Ma’asyiral muslimin rakhimakumullah. Marilah kita beryukur, Allah lembutkan hati kita, ringankan langkah kita untuk beribah di Masjid As Shidiq.
Rasa syukur itu tidak hanya dilisan saja, tapi juga diwujudkan dalam semu aktivitas kita yang menyandarkan dan melibatkan Allah SWT, dan menjadikannya sebagai ibadah kepada Allah SWT.
Semoga setiap langkah kita sebagai penghapus doa. Semoga setiap duduk kita dalam salat Jumat ini mengangkat derajat kita. Kita berdoa kepada Allah, semoga setelah salat Jumat ini, kehidupan kita ada perubahan yang nampak, keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT semakin meningkat.
Saat ini Tahun baru 1446 H. Pertanyaanya, apakah kehidupan kita di tahun ini ingin lebih baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya? Tentu semua sepakat, ingin lebih baik.
Mengapa? Karena Rasulullah bersabda, artinya: "Barang siapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, dialah tergolong orang yang beruntung, (dan) barang siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin dialah tergolong orang yang merugi dan bahkan, barang siapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin dialah tergolong orang yang celaka." (HR Al Hakim)
Apa sikap berbaik utama, yang harus dihadirkan agar kehidupan kita di tahun ini lebih baik dan lebih bahagia dibandingkan dengan tahun sebelumnya?
PERTAMA, MUHASABAH
Pertama, muhasabah. Jadikan tahun baru ini untuk muhasabah. Muhasabah adalah artinya menghitung-hitung, menginstropeksi apa yang telah kita lakukan, di waktu kemarin untuk kebaikan yang akan datang.
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Surat Al-Hasyr 18)
Orang yang pandai bermuhasabah adalah yang menjadikan hari-harinya untuk perbaikan. Dia tahu, hidupnya tidak hanya untuk dunia saja, tapi juga untuk akhirat.
Kita tahu setidaknya manusia akan mengalami banyak kehidupan. Ada yang menyebut 12 tahapan kehidupan: alam ruh, alam rahim, alam dunia, alam kubur, alam kiamat, alam dibangkitkan dari kubur, alam dikumpulkan di padang masyar, alam ditimbangkan, alam dihitungkan, alam diberikan syafangat pertolongan, alam diperjalankan di sebuah jembatan. Terakhir, alam ditentukan akhiratnya, seseorang akan menjadi ahli surga atau menjadi ahli neraka.
Maka orang yang ber-mushasabah itu tahu, dunia bukan tempat untuk tinggal tapi tempat untuk meninggal. Hidup bukan untuk hidup, tapi hidup untuk yang Maha Hidup, beribadah kepada Allah SWT. Mati bukan akhir kehidupan, tapi awal kehidupan.
Jangan seperti orang-orang kafir atau orang yang ingkar kepada Allah SWT. Dia tak meyakini adanya kehidupan setelah kematian. Maka, kelak dia akan sangat menyesal. Ketika sudah berada di dalam neraka yang penuh dengan siksa, tak ada sedikitpun kesenangan, mereka menyampaikan penyesalannya, "sedandainya dahulu ketika di dunia beriman dan beramal saleh kepada Allah, maka tidak akan ada siksaan yang amat pedih."
Tapi semua penyesalan itu tidak berguna lagi. Allah SWT telah menetapkan ganjaran dan hukuman kepada setiap amalan yang dikerjakan manusia ketika di dunia.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.