Refleksi Kenaikan Yesus Kristus Tahun 2025:  Memupuk Solidaritas Global

Kenaikan Yesus Kristus menjadi seruan nyata bagi solidaritas umat manusia dan perwujudan humanisasi secara global.

Dok pribadi
KENAIKAN YESUS KRISTUS - Berikut ini artikel tentang refleksi Kenaikan Yesus Kristus tahun 2025. Artikel ini ditulis oleh Christiardo Sihombing, aktivis muda Katolik Bandung dan ditulis secara bertutur. 

TRIBUNJABAR.ID - Berikut ini artikel tentang refleksi Kenaikan Yesus Kristus tahun 2025.

Artikel ini ditulis oleh Christiardo Sihombing, aktivis muda Katolik Bandung dan ditulis secara bertutur.

"Kenaikan Yesus Kristus, yang dirayakan dalam tradisi Kristen, menandai momen penting dalam narasi sejarah keselamatan. Ini bukan sekadar peristiwa teologis namun merupakan ajakan mendalam bagi umat manusia, khususnya orang Kristen, untuk merefleksikan tanggung jawab kolektifnya terhadap satu sama lain.

Kenaikan Yesus Kristus menjadi seruan nyata bagi solidaritas umat manusia dan perwujudan humanisasi secara global, mendesak orang beriman untuk mengatasi kecenderungan individualistis dan menganut etos komunal yang berakar pada cinta, keadilan, dan bela rasa.

Baca juga: Libur Panjang Hari Kenaikan Isa Almasih, Arus Lalu Lintas di Tol Cipularang Menuju Bandung Padat

Pertanyaan krusial di sini adalah apa implikasi moral dan sosial terutama dalam memupuk solidaritas dan humanisasi dari peristiwa Kenaikan Tuhan? 

Signifikansi Teologis

Kenaikan dijelaskan dalam Injil Markus 16:19 dan Lukas 24:51 serta Kisah Para Rasul 1:9-11. Peristiwa ini menandakan tidak hanya selesainya misi Yesus di Bumi namun juga dimulainya sebuah era baru di mana umat beriman dipanggil untuk melanjutkan karya-Nya. Kenaikan Yesus bukan sekedar titik akhir tetapi awal yang transformatif.

Secara teologis, Kenaikan tidak berarti ditinggalkan, tidak sekadar melambangkan penyelesaian misi Yesus di Bumi tetapi juga dimulainya fase baru dalam relasi antara Tuhan dan umat manusia. Teolog Yohanes Paulus II dalam "Redemptoris Missio" (1990) mengatakan bahwa Kenaikan adalah momen "pengharapan dan misi", di mana para murid dipanggil untuk memberikan kesaksian tentang ajaran Kristus di dunia yang sangat membutuhkan pesan cinta dan solidaritas.

Kuasa dan mandat yang diberikan oleh Yesus kepada para murid-Nya dalam momentum Kenaikan sangat jelas: menjadi saksi-Nya sampai ke ujung Bumi (Kisah Para Rasul 1:8).

Mandat ini mengundang orang beriman untuk terlibat secara aktif di dunia, mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah. Orang beriman dipanggil untuk bersaksi, yang pada hakikatnya adalah panggilan pada perwujudan humanisasi dan solidaritas global, mengakui dan menanggapi keterhubungan umat manusia.

Baca juga: ASEAN All Stars Menang, Justru Kakang, Riski dan Timnas Indoneisa yang Disorot Media Inggris

Dalam dunia yang ditandai dengan perpecahan, peristiwa Kenaikan Yesus ini mengingatkan bahwa misi umat manusia adalah membangun jembatan, bukan penghalang, membangun "surga di dunia", bukan menciptakan "neraka dalam kehidupan."

Implikasi Etis

Dimensi etis Kenaikan Yesus dapat dipahami melalui kacamata tanggung jawab dan misi. Dengan naik ke surga, Yesus menyerahkan pada para pengikut-Nya tugas untuk melanjutkan pekerjaan-Nya di Bumi.

Transisi dari penerimaan pasif ke keterlibatan aktif merupakan inti dari seruan orang Kristen untuk solidaritas. Kenaikan menantang orang Kristen untuk mewujudkan nilai-nilai cinta, kasih sayang, dan keadilan dalam interaksi mereka dengan orang lain.

Gustavo Gutiérrez dalam bukunya "A Theology of Liberation" (1971) menegaskan bahwa iman Kristen secara inheren terkait dengan perjuangan untuk keadilan dan pengentasan penderitaan manusia. Paus Fransiskus melalui ensikliknya "Fratelli Tutti" (2020) turut menekankan menekankan pentingnya persaudaraan dan solidaritas global, dengan menyatakan bahwa "kita semua adalah saudara dan saudari".

Halaman
123
Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved