Pilkada Kota Bandung

Wawancara Khusus: Kang Ajun Coba Urai Benang Kusut Masalah Kota Bandung, Bagi Jadi 4 Entitas

Ir H Juwanda, atau akrab disapa Kang Ajun, adalah salah satu sosok di balik keberhasilan Ridwan Kamil.

daniel damanik/tribun jabar
Staf Ridwan Kamil, Juwanda saat podcast di Tribun Jabar, Jumat (28/6/2024). Kang Ajun secara resmi mendaftarkan diri sebagai bakal calon Wali Kota Bandung melalui Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Rabu (5/6/2024). 

TRIBUNJABAR.ID - Ir H Juwanda, atau akrab disapa Kang Ajun, adalah salah satu sosok di balik keberhasilan Ridwan Kamil.

Ia ikut menemani dan membantu Kang Emil, baik saat menjabat sebagai Wali Kota Bandung maupun ketika memegang amanah sebagai Gubernur Jawa Barat.

Didukung Partai Golkar dan PSI, Kang Ajun kini maju menjadi bakal calon pada Pilwalkot Bandung 2024.

Baca juga: Kang Ajun Sambangi Tribun Jabar Jelang Ikut Pilwalkot Bandung 2024, Langsung Podcast

Dalam wawancara khusus dengan Manager Online Tribun Jabar, Kisdiantoro, Kang Ajun mengungkapkan sejumlah rencananya. Berikut petikannya.

Kang Ajun menjadi salah satu yang menemani dan membantu Kang Ridwan Kamil sejak saat masih menjadi Wali Kota Bandung hingga Gubernur Jawa Barat. Bagaimana ceritanya?

Ceritanya itu dimulai 2012 lalu. Saat itu saya punya software house di Bandung dan bisnis di Jakarta.

Saat itu, saya lihat kondisi Jakarta macet dan enggak teratur. Saya pun gabung dengan komunitas Save Jakarta.

Ikut bantu di Pilgub DKI, saya bikin game selamatkan Jakarta buat Pak Jokowi.

Dari situlah persentuhan pertama saya di politik. Saya bantu Pak Jokowi, alhamdulillah menang. Nah, kemudian lihat Bandung 2013 ternyata juga berantakan. Masa Jakarta saya bantu, Bandung tidak? Kebetulan ada senior, Kang Emil mau maju, orang keren kan.

Jadi saya nawarin, ayo saya bantuin. Singkat cerita saya bantuin jadi relawan dulu, survei 4 persen menang jadi 45 persen.

Dari sekian banyak masalah Kota Bandung, ini mengurainya mau dari mana dulu?

Saya membagi masalah itu ya berdasarkan 4 entitas.

Pertama, Kota sebagai rumah, itu yang tadi disebutin masalahnya tuh masalah macet, masalah sampah, masalah banjir, polusi, penurunan muka air tanah, ruang terbuka hijau.

Kota sebagai infrastruktur ya sebagai rumah, banyak masalah dan saya tidak melihat kan 5 tahun terakhir ada pembangunan.
Saya pernah lari dari Jalan Dago sampai Gedebage, saya hari itu jogging lah waktu itu ingin tahu ada pembangunan apa di Bandung 5 tahun terakhir.


Jalan Dago dia saya lihat trotoar diperlebar, banyak taman semuanya itu zaman Kang Emil, artinya tidak maju, malah mundur.

Alih-alih membangun baru, malah yang lama tidak terawat seperti teras Cihampelas mandeg. Itu baru satu, kota sebagai rumah. Kedua, masyarakat.

Masyarakatnya merasa tidak aman, begal di malam hari, pendidikan masih ada yang susah, masih banyak ditahan ijazah, kesehatan kita masih punya isu stunting masalah BPJS juga, kemiskinan masih ada 100 ribu masyarakat miskin.

Saya pernah masuk ke salah satu rumah isinya 7 orang, 2 orangnya stroke, anak-anaknya nganggur tidak dapat di bantuan, sementara kata Bu Mensos, ada 512 miliar bantuan sosial yang tidak tepat sasaran dan itu mungkin salah satunya.
Kemudian lapangan pekerjaan masih banyak yang menganggur, 100 ribu pengangguran kita. Ini berkaitan dengan usaha ekonomi yang berkaitan dengan entitas masyarakat tadi.

Baca juga: Kang Ajun Sambangi Tribun Jabar Jelang Ikut Pilwalkot Bandung 2024, Langsung Podcast

Entitas lainnya?

Sekarang, identitas Bandung juga tidak jelas mau dibawa ke mana, kota pariwisata kah atau industri kah.

Untuk mengatasi pengangguran, maka ekosistem bisnisnya yang harus diperbaiki, perizinan harusnya dipermudah inkubator bisnis harusnya dibangun untuk meningkatkan entrepreneurship dan lain-lain.

Terakhir ada masalah pemerintahan. Hari ini kita dilanda masalah korupsi kemarin diungkap wali kota dan sekdanya dan lain-lain.

Banyak yang ditangkap dan saya sedih melihat data pajak pendapatan kita turun dari 5 tahun terakhir di saat kota-kota lain naik seperti Surabaya dan Medan naik semua, kita turun.

Kang Emil dulu Rp 1 triliun naik ke Rp 3,3 triliun, sekarang turun ke Rp 3,2 triliun. Saya mensinyalir ada Rp 1-2 triliun pendapatan yang hilang.

Belum lagi belanja infrastruktur rendah, kebanyakan belanja pendukung pengadaan langsung. Rp 1,2 triliun tahun 2022 pengadaannya pengadaan langsung, birokrasinya korup, pelayanannya lambat. Nah, ini menjadi akar masalah yang harus diberesin.

Benang kusut ini mau diurai dari mana?

Pemerintah. Pemimpin harus hadir di masyarakat, tidak bisa diam di kantor, susah dikontak, tidak bisa diberi masukan.
Kalau ulang tahun, Bandung itu berharap punya pemimpin baru, punya wali kota bahkan ketika ada insiden penangkapan oleh KPK kan yang trending di twitter banyak yang bilang, "Saya kaget ternyata Bandung punya Wali kota."

Artinya apa? Kehadiran pemimpin tidak dirasakan. Kita harus menghilangkan korupsi karena ibarat kita mau membangun, mau mengisi air di rumah dari sumur, kalau bocor kan bolak-balik 100 kali juga enggak akan penuh ya. Artinya korupsi harus diberantas.

Pemerintahannya harus dibuat sistem, proaktif, melayani dan profesional. Nah, kalau kita sudah punya birokrasi yang bersih yang lincah yang melayani, baru kita mulai selesaikan masalah-masalah berikutnya.

Masalah apalagi yang juga mendesak diselesaikan?

Masuk ke perkotaan, ini yang harus segera kita beresin: sampah. Masalah sampah ini sudah mengganggu kesehatan.
Masalah sampah ini juga mengganggu pemandangan yang nanti bisa impact-nya ke pariwisata dan ekonomi.

Banyak negara berkembang yang berhasil menyelesaikan masalah sampah ini. Kita enggak usah aneh-aneh.

Pelajari kota mana yang berhasil, negara berkembang yang sebanding indocity di India dengan 3 juta penduduk bisa kok tanpa TPA. Paling dekat Filipina. Mereka juga bisa, kita tiru saja pengelolaannya.

Setelah sampah baru ya kemacetan. Ini menjadi problem juga karena macet itu ekonomi terganggu, polusi udara, stress level gitu ya, selebihnya tentu banjir.

Tapi, birokrasinya harus benar kerjanya, proaktif melayani, tidak korupsi dan tidak pungli. Kalau pemerintah benar kita bisa mengajak kolaborasi masyarakatnya menyelesaikan masalah.

(nazmi abdurahman)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved