Kisah Nita, Anak Hansip Jadi Wisudawati Terbaik di Karawang, Orangtua Sampai Rela Kerja Serabutan

Meski hanya anak hansip, Nita Fitriyani (21) mampu membuktikan bisa bersaing meraih prestasi menjadi wisudawati terbaik Universitas Buana Perjuangan

Editor: Hilda Rubiah
TribunBekasi.com
Kisah haru Nita Fitriyani (21), anak hansip atau petugas Limnas menjadi wisudawati terbaik di Universitas Buana Perjuangan Karawang 

TRIBUNJABAR.ID - Meski hanya seorang anak hansip, Nita Fitriyani (21) mampu membuktikan dirinya bisa bersaing meraih prestasi.

Nita Fitriyani (21) berhasil menjadi wisudawati terbaik di Universitas Buana Perjuangan (UBP) Karawang.

Kini, Nita pun sukses membanggakan kedua orangtuanya tersebut.

Diketahui Nita lahir dari keluarga sederhana, ayahnya hanya bekerja sebagai petugas Perlindungan Masyarakat (Linmas) atau hansip di Karawang, Jawa Barat.

Baca juga: Kisah Cinta Wanita Lulusan S3 Dinikahi Karyawan Pabrik Gaji Rp800 Ribu Susul Istri Jadi Dosen Bareng

Nita wisudawati terbaik di Universitas Buana Perjuangan (UBP) Karawang dengan mendapatkan IPK 3,83.

Ia berhasil menyelesaikan studi S1 dari jurusan Teknik Informatika Fakultas Ilmu Komputer.

Dia mampu membuktikan kepada bapaknya bernama Omay Zaelani Rohman (48) dan ibunya Acah Kurniawati (45) bisa lulus kuliah mendapatkan gelar sarjana dengan IPK tinggi.

Meskipun, pekerjaan bapaknya hanya sebagai Linmas atau hansip dan ibu penjual kue. Dia mampu membuktikan itu dan membuat bangga kedua orangtuanya.

Bahkan saat prosesi wisuda, Nita tak malu ayahnya datang mengenakan seragam Linmas.

Dia ingin membuktikan pekerjaan orangtua tidak menjadi halangan untuk bisa kuliah dan menjadi lulusan terbaik.

"Ya melihat bapak itu perjuangannya sangat besar sekali. Jadi saya harus bikin timbal balik gitu. Alhamdulillah saya bisa dan bersyukur bisa berikan terbaik," kata Nita usai prosesi wisuda di Gedung Serba Guna Bintang Maruli di Jalan Syekh Quro, Desa Palumbonsari, Kecamatan Karawang Timur pada Sabtu (22/6/2024).

Nita mengungkapkan, perjuangan bapakanya untuk terus bisa membayar uang kuliah. Ditengah honor pekerjaan sebagai Linmas yang tak seberapa.

Bapaknya mencari pekerjaan serabutan untuk menambah penghasilan. Ditambah, sang ibu juga ikut membantu dengan berjualan kue.

"Aku juga berjuang biar bisa bantu cari-cari info beasiswa. Alhamdulillah satu tahun itu pernah dapat beasiswa dari Karawang Cerdas program Pemkab Karawang," jelasnya.

Saat perkuliahan, Nita mengaku perjuangannya sangat berat untuk dapat meraih nilai terbaik.

Semakin naik tingkat semesternya, materinya semakin sulit. Ditambah harus bisa mandiri dalam mengerjakan tugas dan skripsi.

"Makin naik semester teman-teman itu masing-masing. Apalagi jurusannya Teknik Informatika ini kesulitan sendiri sulit tapi kalau yakin kita bisa," beber dia.

Dalam pergaulannya di kampus, Nita juga tak pernah gengsi walaupun orangtuanya bekerja sebagai Linmas.

Teman-teman di kampusnya juga tak pernah mengejek ataupun mempermasalahkan pekerjaan orangtuanya.

"Engga pernah ada perlakuan beda dari teman-teman. Semua menghargai dan menghormati," ucapnya.

Usai meraih gelar sarjana, Nita mengaku ingin bekerja dahulu. Belum memiliki keinginan untuk melanjutkan kuliah S2.

Dirinya bercita-cita menjadi programmer maupun sebagai analis.

"Aku cita-citanya selain jadi progremer itu ada analis gitu juga. Mau kerja dulu, belum untuk S2," imbuhnya.

Baca juga: Viral Kisah Galih, Lulusan S2 di London Pilih Jadi Guru SD Negeri di Jakarta, Sorot Ketimpangan

Sempat ragu bayar kuliah

Sementara orangtua Nita, Omay Zaelani Rohman mengungkapkan keinginan kuatnya agar memiliki anak sarjana.

Awalnya dirinya sempat ragu bisa membiayai anaknya kuliah karena pekerjaannya sebagai Linmas.

"Pertama masuk dikira-kira bisa nggak ya, bismillah saya ingin anak kuliah. Ternyata atas izin Allah bisa kalaupun usaha saya begini hanya Linmas," kata Zaelani.

Dia menyebut, honornya sebagai Linmas dibayar tiap dua bulan sekali.

Honor dari kecamatan Rp 650 ribu dan intensif dari desa sebesar Rp 150 ribu per bulan. Sehingga, jika ditotal per bulannya mendapatkan Rp 475 ribu.

Jika hanya mengadalkan honor Linmas tidak akan cukup untuk membiayai kuliah anaknya.

Maka dari itu, dirinya kerja serabutan disela-sela tugasnya sebagai Linmas.

Selain itu juga, istrinya turut membantu menjual kue.

"Setelah itu (kerja Linmas) saya juga kuli di luar sama serabutan apa aja. Yang penting apa aja bisa kuliahkan anak," katanya.

Untuk diketahui, Univesitas Buana Perjuangan (UBP) Karawang melakukan prosesi wisuda ke-8, dengan jumlah 387 lulusan dari 11 program studi.

Rektor UBP Karawang, Prof Dedi Mulyadi mengatakan, dari jumlah lulusan itu ada sebanyak sembilan lulusan terbaik.

Salah satunya, Nita yang orangtuanya bekerja sebagai Linmas.

"Sembilan lulusan terbaik ini IPK-nya rata-rata di atas 3,8 semua. Dan dari jumlah itu kita berbangga ada lulusan itu merupakan anak hansip yang bertugas di desa yang memang menjaga keamanan di lingkungan mereka," katanya.

Dirinya sangat mengapresiasi atas perjuangan orangtuanya dan termasuk Nita karena bisa memberikan hasil terbaik kepada kedua orangtuanya.

"Kita apresiasi dan menjadi contoh, karena kita tahu penghasilan sebagai hansip ini tidak sebaik yang lain ya. Tapi ternyata bisa menghasilkan putrinya menjadi lulusan terbaik di UBP. Ini bagi kita sesuatu yang luar biasa gitu ya," ungkapnya.

Artikel ini telah tayang di Tribunbekasi.com dengan judul Kisah Haru Nita, Anak hansip Jadi Wisudawati Terbaik di Universitas Buana Perjuangan Karawang

Sumber: Tribun bekasi
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved