Ahli Vulkanologi ITB Beri Penjelasan Soal Erupsi Gunung Ibu Hingga Bahaya dan Langkah Mitigasinya

Ahli vulkanologi ITB, Mirzam Abdurachman, menyampaikan faktor, bahaya, dan langkah mitigasi mengenai erupsinya Gunung Ibu, Kabupaten Halmahera Barat,

Tribunternate.com/Faisal Amin
Dokumentasi--- Tampak abu teramati setinggi 5000 meter atau 6.325 meter di atas permukaan laut dikeluarkan Gunung Ibu di Halmahera Barat, Maluku Utara, Senin (13/5/2024). 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Muhamad Nandri Prilatama

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Ahli vulkanologi ITB, Mirzam Abdurachman, menyampaikan faktor, bahaya, dan langkah mitigasi mengenai erupsinya Gunung Ibu, Kabupaten Halmahera Barat, Maluku Utara.

Pusat vulkanologi dan mitigasi bencana geologi (PVMBG) menyebut jika Gunung Ibu meletus sebanyak 95 kali sepanjang 2024. Gunung itu sampai saat ini berstatus awas (level IV). Kolom letusan Gunung Ibu mencapai 6000 meter di atas puncak atau 7325 meter di atas permukaan laut.

"Kolom abu yang dihasilkan oleh erupsi tampak kelabu dengan intensitas tebal dan bergerak ke arah barat. Masyarakat dan wisatawan di sekitar Gunung Ibu dilarang beraktivitas radius 4 km, serta di area sektoral yang meluas sampai 7 km ke arah bukaan kawah bagian utara dari kawah aktif," kata Mirzam Abdurachman, Kamis (30/5/2024).

Mirzam menambahkan, letusan hebat Gunung Ibu pertama terjadi 1911 yang merupakan letusan eksplosif. Kemudian, terjadi lagi 1998 atau 87 tahun berikutnya. 

Setelah letusan itu, terbentuk sumbat lava dengan volume mencapai 500 m⊃3;, sehingga ketika akumulasi energi dari dalam perut gunung sudah tak tertahan, letusannya menjadi lebih eksplosif sebagaimana terjadi mulai 11 Mei 2024 sampai 27 Mei 2024," katanya.

Mirzam menjelaskan terkait beberapa faktor meletusnya gunung api yang terjadi secara siklikal maupun non siklikal yang berlangsung pada titik kritis, yakni di bawah, di dalam dan di atas dapur magma.

Pertama, yang bersifat siklikal, yaitu injeksi magma baru yang terjadi di dapur magma. Injeksi magma baru menyebabkan dapur magma mengalami kelebihan kapasitas sehingga terjadilah erupsi.

Kedua, terjadi proses pemisahan antara larutan dan gas yang berlangsung di dalam dapur magma. Gasnya akan berada di atas sedangkan bagian yang lebih ringan akan di bawahnya, sehingga ketika tidak mampu lagi ditahan, akan terjadi erupsi.

Ketiga, yang bersifat nonsiklikal, misalnya tiba-tiba dapur magma ambruk sehingga keluar dengan tiba-tiba dan menyebabkan erupsi. Bisa juga ketika ada aktivitas di atas dapur magma, seperti terdapat badai, gempa bumi, kemudian es mencair, juga dapat menyebabkan erupsi.

“Sebenarnya, gunung api itu akan meletus dengan volume dan interval yang sama. Kalau menurut catatan terdahulu, dia meletus 87 tahun yang lalu, maka akan membutuhkan waktu yang sama untuk meletus dengan dahsyat. Kalau waktunya seharusnya belum tiba, tetapi dia sudah meletus, secara vulkanologi relatif bagus. Artinya akumulasi energinya belum banyak,” ujarnya.

Gunung api yang meletus sejatinya akan menimbulkan dua bahaya, yaitu bahaya primer dan bahaya sekunder. Bahaya primer adalah bahaya yang terjadi langsung saat erupsi terjadi, seperti aliran lava panas, wedus gembel, efek balistik, abu vulkanik, gas beracun, dan lahar.

Sementara itu, bahaya sekunder merupakan dampak yang timbul usai terjadinya erupsi, seperti tsunami, banjir bandang, dan perubahan cuaca. Bencana sekunder ini dapat lebih berbahaya karena muncul ketika masyarakat sudah mulai lengah.

Berkaca pada pengalaman letusan Anak Krakatau pada 2018, seluruh pihak sepakat diperlukan kerjasama dari seluruh lapisan yang terlibat untuk saling berkoordinasi dalam menangani peristiwa letusan Gunung Ibu. Masyarakat juga dituntut menjadi adaptif dalam mengenali karakter gunung api serta meningkatkan kewaspadaan atas berbagai bahaya yang mungkin muncul.

“Dulu, kalau gunung meletus ada suara gemuruhnya dulu, tetapi sekarang banyak gunung yang tiba-tiba saja langsung erupsi. Jadi, kita harus kenal dengan gunung api yang ada di sekitar kita,” ucapnya. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved