Kultum Ramadhan

Shaum Media Penyucian Jiwa, Media Pendidikan dan Pelatihan dalam Mengendalikan Hawa Nafsu

Melalui shaum kita berlatih bagaimana mengontrol dan mengendalikan syahwat supaya tidak terjebak pada kehinaan dan kecelakaan.

Editor: Hermawan Aksan
Istimewa
Dr H Dudung Abdul Rohman, M.Ag (Bidgar Dakwah PW Persis Jabar) 

Dengan demikian, hakikat shaum yang sesungguhnya adalah menahan diri dari perbuatan-perbuatan jahat dan maksiat sepanjang hayat. 

Bagaimana apabila yang shaum itu hanya mulut dan perutnya saja, sementara telinga, tangan, pikiran, dan anggota badan lainnya dibiarkan berkelana sampai-sampai melakukan perbuatan-perbuatan yang tercela?

Maka boleh jadi shaum-nya tidak bernilai di sisi Allah Swt.

Shaum-nya hanya berhenti sampai menahan haus dan lapar. Sedangkan nilai dan kualitasnya di sisi Allah Swt boleh jadi hampa dan tidak bermakna. 

Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dusta dan mengerjakannya serta berlaku bodoh, maka tidak ada keperluan bagi Allah untuk meninggalkan makanan dan minumannya." (HR. Bukhari dan Abu Dawud. Lafadz-nya menurut riwayat Abu Dawud).

Maka ketika tengah melaksanakan shaum, kemudian ada orang yang mengajak bertengkar, janganlah dilayani. Tetapi, kata Rasulullah saw, ucapkanlah: “Inni shaaim”: sesungguhnya aku sedang shaum

Ini menunjukkan bahwa dengan shaum kita dilatih untuk mengendalikan emosi dan hawa nafsu.

Sebagai media pendidikan dan pelatihan, shaum ini tidak perlu dilakukan terus menerus. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Tidak ada shaum bagi orang yang shaum selamanya." (HR. Muttafaq ‘Alaih).

Rasulullah saw juga bersabda, “Barangsiapa yang shaum Ramadhan dengan keimanan dan mengharap pahala (keridhaan) Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang terdahulu.” 

Wallahu a’lam bish-shawaab. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved