Kultum Ramadhan

Melodi Ramadhan: Shadaqah, Memaafkan, dan Tawadhu dalam Remang Cahaya Bulan Suci

Memaafkan, adalah menemukan kedamaian dalam kerinduan yang terpendam. Memaafkanpun bukanlah tanda kelemahan...

Editor: Arief Permadi
TRIBUN JABAR
Ustaz Nurdin Qusyaeri M.Si, Dekan KPI IAI Persis Bandung 

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ، وَمَا زَادَ اللهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ، إِلَّا عِزًّا، وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللهُ» (رواه مسلم، 69 [2588]).

Hadis keterima dari Abu Hurairah dari Rasulullah SAW, beliau bersabda:
“Shadaqah tidak akan mengurangi harta, Allah tidak akan menambahkan kepada hambanya yang pemaaf kecuali kehormatan, dan tidaklah seorang hamba bersikap tawadhu kecuali Allah angkat derajatnya” (H.R Muslim: 69 [2588]).

Di dalam remang cahaya bulan Ramadhan, jiwa ini terdampar terkapar, mencari pelita untuk menerangi jalan dikegelapannya. Dalam penantian sujud yang panjang, hadirlah suara Rasulullah SAW. mengalir seperti sungai hikmah dari zaman yang lampau. "Shadaqah tidak akan mengurangi harta", sabdanya melintas di langit-langit hati yang penuh ragu.

Dalam lembayung malam, ketika sujud telah mengalir menjadi doa, ia mengingatkan akan kemurahan Allah yang tak terbatas. Shadaqah, sebentuk cinta kepada sesama, bukan sekadar mengalirkan harta, tapi adalah bukti akan keikhlasan dalam menjalani hidup. Sebab, setiap tetes yang mengalir akan kembali membentuk lautan berkah yang tiada tara. Seperti bait-bait syair yang terus melantun, setiap kebaikan yang kita berikan akan kembali memayungi hidup kita dengan keberkahan yang tiada terkira.

Lalu, kata memaafkan. Sebuah kata sederhana yang terkadang sulit diterima oleh hati. Apalagi hatinya tengah cedera terluka di-sleding ekspektasi. Ketika luka menganga, dan dendam ingin memenuhi relung hati, dalam sunyi malam, suara hadis itu terus menggema. "Allah tidak akan menambahkan kepada hambanya yang pemaaf kecuali kehormatan", irama kata-kata itu menari di angkasa.

Memaafkan, adalah menemukan kedamaian dalam kerinduan yang terpendam. Memaafkanpun bukanlah tanda kelemahan, melainkan tanda kekuatan, bahkan kebesaran hati. Sebab, di dalam setiap kata maaf terukirlah keikhlasan yang membawa keampunan dan penerimaan. Dan dalam setiap rasa maaf, tersematlah kekuatan untuk bangkit dari kegelapan.

Kemudian, tawadhu. Sebuah kemuliaan yang tersembunyi di balik kedalaman jiwa. Dalam kebersujudan malam, hadis itu mengalun. "Tidaklah seorang hamba bersikap tawadhu kecuali Allah angkat derajatnya", serunya, merangkai tali persaudaraan di antara jiwa yang rapuh.

Tawadhu, bukanlah kelemahan, melainkan kekuatan. Di dalam kerendahan, terhampar luasnya cinta Ilahi. Dalam merendahkan diri, teranglah kemuliaan yang abadi. Sebab, di dalam kesederhanaan, terukirlah kebesaran yang tak ternilai.

Akhirnya, di tengah sujud yang dalam, kita merenung. Semoga cahaya Ramadhan yang mulia ini, senantiasa mengilhami jiwa kita untuk menjalani hidup dengan penuh kesadaran dalam menjalankan kegiatan shadaqah, memaafkan, dan hidup tawadhu. Sebab, di dalam ketiga akhlak mulia itu, terbentanglah jalan menuju cinta yang tak terhingga.
Wallahu ‘alam bis shawab!

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved