Penanganan Sampah di Bandung Raya Belum Tuntas

Penyelesaian persoalan sampah di wilayah Bandung Raya, terutama di Kota Bandung, dinilai belum maksimal.

|
Penulis: Nappisah | Editor: Giri
Istimewa
Sekretaris Komisi IV DPRD Jabar, Dr Buky Wibawa. 

Jadi untuk menyelesaikan persoalan sampah jangan hannya diselesaikan dengan penyampaian ide atau hanya kegiatan diskusi.

Buky menilai, bagi pihak dinas teknis yang mempunyai tupoksi di bidang lingkungan hidup sebaiknya menyiapkan program belanja untuk pos pengadaan incinerator.

Adanya incinerator ini, dapat difungsikan untuk mengatasi persoalan sampah mulai di hulu sebab sarana ini bisa bermanfaat untuk mengatasi cairan sampah

Melalui incinerator ini, sampah yang sudah diolah di bagian hulu, untuk diproses selanjutnya di hilir, cairan sampah sudah tidak  ada.

Buky menuturkan, solusi jangka panjang untuk mengatasi persoalan sampah juga disiapkan. 

Solusinya menyelesaikan pembangunan TPPAS regional. Adapun untuk Bandung Raya, TPPAS Legok Nangka itu yang harus segera diselesaikan. 

Pembangunan TPPAS Legok Nangka, dalam pelaksanaannya sempat terkatung-katung. Hal ini disebabkan oleh investor yang batal mengelola TPPAS tersebut.

Kini, keberadaan investor tersebut sudah ada. Dengan kondisi ini, TPPAS Legok Nangka akan segera beroperasi.  

Hal yang diharapkan pengelolaan sampah dapat dilaksanakan secara tuntas melalui teknik pengelolaan sampah yang dipergunakan.

"Semoga saja dengan penggunaan teknologi pengelolaan sampah di TPPAS Regional ini sampah dapat menjadi berkah," ujar Buky.

Sampah di TPPAS ini, setidaknya dapat menjadi sumber energi listrik, jadi setidaknya mempunyai manfaat dari sisi kepentingan ekonomi.

Buky menambahkan, untuk jenis sampah organik, saat ini perlu digelorakan partisipasi masyarakat untuk mengelola sampah di unit terkecil yaitu rumah tangga.

Kebiasaan memilah sampah, itu harus disosialisasikan oleh seluruh perangkat daerah di unit paling kecil. 

“Sosialisasi yang perlu dibangun, kebiasaan untuk mengolah sampah organik untuk menjadi produk bernilai ekonomi, seperti pupuk,” imbuhnya. 

Hal itu, akan terwujud jika masyarakat mempunyai wawasan dan skill untuk mengolah hal itu, dan itu dibutuhkan pelatihan. (*) 

Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved