Perkebunan Sukun Pertama di Indonesia Ada di Majalaya, Bernilai Ekonomis Tinggi
Ternyata sukun memiliki kandungan karbohidrat yang bagus, dan tak mengandung gula, serta memiliki nilai ekonomi yang tinggi
Penulis: Lutfi Ahmad Mauludin | Editor: Siti Fatimah
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG- Penanaman perdana pohon sukun pertama di perkebunan organik sukun Majalaya, Kabupaten Bandung, dilakukan Senin (5/2/2024).
Perkebunan sukun tersebut, merupakan perkebunan sukun pertama di Indonesia, dan dibuat oleh Yayasan Sukun Indonesia Sejahtera.
Siapa sangka buah bulat yang kerap dikonsumsi sebagai cemilan, dengan cara direbus atau dibuat keripik.
Ternyata sukun memiliki kandungan karbohidrat yang bagus, dan tak mengandung gula, serta memiliki nilai ekonomi yang tinggi, dan pasar luar negeri pun terbuka.
Ketua Keluarga Alumni Fakultas Pertanian UNPAD, Arya Yudas, menjelaskan, di Indonesia saat berbicara pangan selalu berfokus kepada beras.

"Pohon sukun dalam setahun bisa mendapat 21 ton, dalam satu kali tanam bisa kuat 40- 50 tahun, sedangkan di padi harus berapa puluh kali pengolahan lahan," ujar Arya, saat ditemui setelah penanaman pohon sukun perdana.
Arya mengatakan, pohon sukun di Indonesia, banyak tumbuh di mana- mana, kebun, hingga pekrangan rumah, namun keterbatasannya hanya dijadikan snack atau makanan olahan biasa.
"Sukun ini bukan pengganti beras, tapi memiliki tempat tersendiri, di luar negeri, Amerika sudah ada, Afrika sudah ada," kata Arya.
Arya menjelaskan, kini masyarakat belum menyadarai bahwa ada monetisasi dibalik sukun ini, dan banyak manfaatnya.
"Kami mengkampanyekan nya dimulai dari hal kecil, sekarang menanam di lahan dua hektar, kami menanam serius dengan pendekatannya organik," tuturnya.
Arya mengatakan, harga sukun belum semahal beras, tapi dari sisi volume produksi lebih tinggi, dan pemeliharaannha mudah, beda dengan tanaman pangan lainnya.
"Ini bukan pengganti beras, kami mencoba meningkatkan awarness, bahwa sebagia salah satu sumber pangan," katanya.
Ketua Yayasan Sukun Nusantara Sejahtera, Arie Malang Yudo, pihaknya membuat Perkebunan Organik Sukun Majalaya (Sukma), ide membuat Perkebunan sukun berawalan dari pertemuan dengan koleganya yang berasal dari berbagai negara.
"Saya sebetulnya ahli sawit dan sering mengikuti kongres, jumpa dengan kolega dari beberapa negara, dan ada dari Brithis Columbia University, berbicara sukun," kata Arie.
Arie mengatakan, lalu ada koleganya di India di daerah marjinal ditanami sukun, dan sangat membantu, sedangkan di Indonesia ditendang-tendang.
"Malah, paling juga dianggap makanan kampung pinggir jalan," kata Arie.
Menurut Arie, di luar negeri sukun sangat bernilai ekonomis.
"Sukun eksport dari Hawai itu mencapai triliunan, sementara di Indonesia dipakai mai bola anak-anak," tuturnya.
Arie menjelaskan, peneliti pertama yang maju dan mendapat dukungan itu British Colombia yang sekarang sudah memiliki 21 spesies di tanam di Hawai dan Jamaica.
"Sumber sukun Indonesia belum punya. Di Australia, Florida Selatan, sudah ada, dan kini kita mencoba membuatnya," kata dia.
Arie mengaku, meski dirinya ahli sawit, namun sudah 10 tahun terakhir ia telah mendalami sukun, bahkan ia hingga pergi ke luar negeri untuk mendalaminya, seperti Hawai dan lainnya.
"Kini yang pertama kami akan menanam 300 pohon, satu pohon bisa menghasilkan 200 buah pertahun. satu buah beratnya sekitar 1,5 kilogram, jadi kami bisa mendapat 300 kilogram dari pohon pertahun," kata dia.
Sehingga total kata Arie, dalam satu tahun, pihaknya bisa mendapatkan 900 ribu kilogram sukun, sehingga satu bulan bisa mengolah sukun, sekitar 10 ton sukun.
"Nantinya sukun ini akan diolah hingga menjadi tepung. 10 kilogram sukun karbohidratnya sama dengan 10 kilogram beras," katanya.
Menurut Arie, kini harga buah sukun, sekitar Rp 5000 perkilogram, sedangkan jika sudah menjadi tepung harganya Rp sekitar 60 ribu.
"Tepung sukun ini sulit untuk mendapatkannya, dan nanti kami akan buat. Selain itu warga juga nantinya bisa menjual sukun ke kami," tuturnya.
Namun, kata Arie, warga nantinya tak menjual berbentuk buah, tapi telah dipotong-potong dan dikeringkan.
"Dibuat gaplek, jadi sukunnya dipotong-potong dan dikeringkan, jadi ada nilai tambah buat warga, harganya jadi lebih tinggi mencapai sekitar Rp 15 ribu perkilogram. Nantinya, kami di sini tinggal mengolahnya," kata dia.
Pasar untuk tepung ini, kata Arie, sangat terbuka hingga ke luar negeri, sampai saat ini masih sulit untuk mendapatkan tepung sukun.
Sukun kata dia, memiliki tempat tersendiri karena bebas gula, sehingga cocok dikonsumsi penderita diabetes.
Jadi kata dia, sukun ini bukan pengganti pangan atau beras, tapi memiliki tempat tersendiri.
"Bahkan kita sering lihat NatGeo, pancake bukan dari tepung erigu tapi tepung sukun," katanya.
Jadi kata Arie, di sini tak hanya dibangun perkebunan sukun.
"Nantinya kami juga membangun pabrik sukun, target awal mengolah 10 ton perbulan," ucapnya.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bandung, Ningning Hendasah, menginisiasi program sukun sebagai pangan pendaping nasi atau beras, mudah-mudahan program ini terus berkelanjutan.
"Sukun ini yang jelas dikonsumsi enak, dijadikan keripik juga enak, sebagai karbohidrat alternatif," kata Ningning.
Ningning mengatakan, perkebunan sukun baru ada di sini saja ini, sampai sekarang belum ada laporan perkebuan sukun ada di mana.
"Mudah-mudahan menjadi yang pertama bukan yang terkahir, bisa terus berkembang sebagai alternatif. Mudah-mudahan bisa bersinergi, kolaborasi, dengan siapapun, dan harus didorong apalagi bisa berpotensi," ucapnya.
perkebunan sukun
Yayasan Sukun Indonesia Sejahtera.
Keluarga Alumni Fakultas Pertanian UNPAD
sukun
Perkebunan Organik Sukun Majalaya (Sukma)
SUKMA
Unpad
Tribunjabar.id
SMPIT As-Syifa Juara 1 SIF 2025, Siswa Ciptakan Tempat Sampah Pintar Berbasis IoT |
![]() |
---|
Smarts Umrah Travel Antapani Gandeng Pegadaian Gelar Manasik Umroh, Perkenalkan Produk Arum Safar |
![]() |
---|
Wisata Sawah Lope dan Bumi Perkemahan Bukit Panagaran, Wujud Kekompakan Desa Cikaso Gerakkan Ekonomi |
![]() |
---|
PLN Kawal Pelatihan Pencegahan Kekerasan Berbasis Gender di Proyek PLTA Upper Cisokan |
![]() |
---|
Karawang Tersembunyi: Pelabuhan Kuno yang Kini Jadi Benteng Terumbu Karang |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.