Perayaan Tahun Baru Kembali Ramai, Perajin Terompet Harap Dagangan Laku Tahun Ini
Ia pun berharap terompet produksinya tahun ini bisa terjual habis karena ia melihat geliat wisatawan untuk kembali merayakan tahun baru
Penulis: Putri Puspita Nilawati | Editor: Siti Fatimah
TRIBUNJABAR. ID, BANDUNG - Jelang tahun baru penjual terompet mulai kembali bergeliat ditemukan di berbagai tempat. Alat musik tiup yang terbuat dari plastik ini seringkali dibeli untuk dibunyikan saat merayakan pergantian tahun.
Di masa Pandemi Covid-19, penggunaan terompet sempat dilarang dan kini para perajin terompet pun sudah mulai kembali memproduksi untuk dijual di pergantian tahun 2023 menuju 2024.
Seperti perajin terompet, Sarwad (54) yang mulai memproduksi terompet di Jalan Stasion Banjaran, Kabupaten Bandung.
Baca juga: Semringahnya Perajin Terompet di Cirebon, Sempat Redup 3 Tahun Kini Banjir Pesanan untuk Tahun Baru
Sarwad mengatakan tahun ini ia bisa kembali memproduksi terompet setelah selama kurang lebih dua tahun harus beralih menjual mainan untuk menyambung hidupnya.
"Sejak tahun 86 saya merintis menjual mainan dan mulai belajar membuat terompet bersama mertua. Ketika pandemi saya berjualan balon dan mainan, alhamdulillah sekarang sudah banyak permintaan untuk membuat terompet," kata Sarwad saat ditemui di tempat produksinya Rabu (27/12/2023).
Sarwad mengatakan hasil produksi terompetnya ini dijual di warung dan kios yang berada di Pasar Banjaran saja, karena setiap wilayah memiliki perajin masing-masing untuk memasukan hasil produksi terompet.
Tahun ini Sarwad pun mulai kembali memproduksi sebanyak 700 buah terompet dengan bentuk corong yang diberi hiasan penuh warna.

"Saya mulai memproduksi sejak bulan September dan mulai menghias di bulan November. Di bulan Desember terompetnya baru bisa saya jual ke kios dan warung disini," ucapnya.
Sarwad mengatakan alasan dirinya hanya memproduksi kurang dari seribu terompet karena terhalang oleh modal.
Harga terompet yang dijualnya ke tiap kios dan warung pun terbilang sangat murah.
"Harga jual ke warung, satu terompet saya jual Rp 2.000, tapi biasanya dijual satu ikat isi 5 harganya Rp 10.000. Kalau saya jual sendiri berkeliling nggak pakai sistem titip harganya Rp 5.000," tuturnya.
Baca juga: Kisah Opang, 40 Tahun Jadi Perajin Terompet, Kini Terpaksa Berhenti Produksi karena Pandemi Covid-19
Sarwad mengatakan meskipun sudah dijual murah, terkadang masih ada saja pedagang yang meminta harganya lebih murah.
"Saya juga kasihan sama pedagang warung, padahal saya sudah jual murah. Saya kan produksi untuk dijual lagi, jadi saya berbagi sedikit keuntungan dengan pedagang saja," kata Sarwad.
Terompet dengan bentuk corong ini menjadi model yang terus dibuatnya hingga saat ini karena dirinya belum bisa membuat model yang lain.
Ia pun berharap terompet produksinya tahun ini bisa terjual habis karena melihat geliat wisatawan untuk kembali merayakan tahun baru sudah mulai muncul.
Panangan Gede, Aksi Penanganan Kemiskinan di Jatigede Sumedang Lewat Pertanian dan Pengolahan Sampah |
![]() |
---|
GIIAS Bandung 2025 Ditargetkan Hasilkan Transaksi Rp195 Miliar |
![]() |
---|
Kebijakan Penyerapan Gabah dengan HPP, Picu Rendeman Anjlok |
![]() |
---|
GIIAS Bandung 2025, GAC Hadirkan Mobil Listrik AION UT Berbasis Artificial Intelligence |
![]() |
---|
Bandung Jadi Pasar Potensial, Wuling Hadirkan Lini Mobil Listrik Premium di GIIAS Bandung 2025 |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.