Pilpres 2024

Pakar Ekspresi Kuak Taktik Gibran saat Debat Cawapres Pakai Hipnoterapi, Bak Hadirkan Sosok Jokowi

Aksi Gibran Rakabuming Raka tampil saat debat cawapres beberapa waktu lalu turut disoroti pakar mikro ekspresi, Kirdi Putra, disebut pakai hipnoterapi

Editor: Hilda Rubiah
KPU
Muhaimin Iskandar, Gibran Rakabuming Raka, dan Mahfud MD dalam debat cawapres yang berlangsung Jumat (22/12/2023) malam. 

Singkatnya pesan yang ingin disampaikan Gibran dari penampilannya menyerupai Jokowi agar masyarakat tidak perlu ragu karena pasangan 02 sudah teruji.

“Konsep itu yang ingin dibawa menurut saya kenapa?

Karena polanya Gibran ini kan hanya Walikota nggak sempat jadi Gubernur sehingga perlu konsep seperti itu,” paparnya.

Kirdi menambahkan kesamaan gaya bicara ini bisa menjadi modal untuk Gibran mendapatkan suara lebih.

Terkait penampilan di atas panggung, Kirdi melihat Gibran tampil percaya diri bahkan menguasai panggung.

Baca juga: Gibran Ungkap Rahasia Bisa Jalani Debat dengan Baik, Membalik Prediksi Sebelumnya

CEO Narapatih & Associates itu melihat Gibran bisa menjawab pertanyaan dari moderator yang dibuat oleh panelis.

Tetapi ada juga momen di mana Gibran tidak bisa memberikan tanggapan secara baik.

Dari kacamata mikro ekspresi, ada kesan rival Gibran yaitu Mahfud MD yang notabenenya adalah Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (MenkoPolhukam) segan untuk menyerang.

“Kalau saya melihatnya Gibran ini sama seperti berjalan bersama harimau, ya pasti orang semua minggir tapi kan yang ditakuti harimaunya,” ucapnya.

Kirdi juga menyoroti perihal Gibran memberi pertanyaan akronim sulit kepada cawapres Muhaimin Iskandar (Cak Imin) dan Mahfud MD tapi tidak ditanggapi dengan emosi.

Dia melihat sebaliknya Gibran justru seperti tidak sabar untuk membalas tanggapan dari kandidat lainnya.

“Cak Imin sama Mahfud MD ini kalau kita lihat lebih punya kesabaran dan itu ada ilmunya,” tutur Kirdi.

Menurutnya, gestur Gibran mengajak audiens untuk bersorak-sorak pun tidak patut dilakukan di dalam debat.

Kirdi menilai hal itu hanyalah bagian dari drama proses pemilu.

“Pemilu yang betul-betul jujur dan adil itu buat saya hanya terjadi di pemilu 1999,” tukasnya.

Halaman
123
Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved